Amalan Asmaul Husna memiliki kedudukan penting dalam tradisi ibadah umat Islam. Pengenalan terhadap sifat-sifat Allah SWT melalui nama-nama terbaik-Nya ini menjadi landasan dalam setiap permohonan dan doa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surah Al-A’raf ayat 180:
وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Latin: Wa lillāhil-asmā’ul-ḥusnā fad’ūhu bihā, wa żarul-lażīna yulḥidūna fī asmā’ih(ī), sayujzauna mā kānū ya’malūn(a).
Artinya: Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut (Asmaul Husna) itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (Al-A’rāf: 180)
Dalam praktiknya, Asmaul Husna dapat diamalkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi seseorang, baik untuk memohon kesembuhan, kelapangan rezeki, maupun perlindungan dari berbagai keburukan. Setiap nama Allah mengandung makna dan keutamaan tersendiri yang relevan dengan hajat yang dipanjatkan. Berikut ini beberapa bacaan Asmaul Husna yang dapat diamalkan untuk memohon kesembuhan, rezeki, dan perlindungan dari Allah SWT.
Asmaul Husna untuk Memohon Kesembuhan
Beberapa Asmaul Husna diyakini memiliki keutamaan sebagai sarana penyembuhan, sebagaimana dikutip dari buku 99 Langkah Menuju Berkah karya Febrina Arisha.
1. Al-Quddus
Al-Quddus, yang berarti Yang Maha Suci, merupakan salah satu nama Allah SWT yang dapat diamalkan sebagai wirid untuk memperoleh kesembuhan secara menyeluruh. Wirid ini secara khusus berfungsi untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang bersumber dari hati, seperti iri, dengki, sombong, dan rakus. Penyakit hati ini berakar dari hati yang tidak bersih, seringkali disebabkan oleh godaan setan yang melemahkan iman.
Untuk mengobati penyakit hati, wirid “Al-Quddus” dapat dijadikan zikir pembersih hati. Dengan mengamalkannya secara rutin, godaan setan akan melemah, hati menjadi bersih, dan kesembuhan ruhani akan diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang istiqamah.
Tata Cara Mengamalkan Wirid “Al-Quddus”:
- Membaca “Yā Quddūs” sebanyak 100 kali setiap hari.
- Mengamalkannya dalam keadaan suci (berwudu).
- Waktu yang dianjurkan adalah setelah salat Zuhur atau pada pagi hari setelah matahari tergelincir.
2. As-Salam
Asma Allah SWT berikutnya yang diyakini memiliki keutamaan sebagai sarana penyembuhan adalah As-Salām, yang bermakna Yang Maha Memberi Keselamatan. Mengamalkan wirid ini dipercaya dapat menjadi wasilah untuk memperoleh kesembuhan secara menyeluruh dari berbagai penyakit, serta dianugerahi keselamatan jasmani maupun ruhani.
Bagi orang yang sedang menderita sakit dan telah menempuh berbagai ikhtiar medis, mengamalkan wirid “As-Salām” dapat menjadi usaha batiniah untuk mendatangkan kesembuhan atas izin Allah SWT.
Tata Cara Mengamalkan Wirid “As-Salām”:
- Membaca lafaz “Yā Salām” sebanyak 136 kali setiap hari.
- Dapat diamalkan kapan saja selama dilakukan secara rutin.
- Waktu yang lebih utama adalah setelah selesai melaksanakan salat.
- Dianjurkan membacanya dalam keadaan suci (berwudu).
3. Al-Bari’
Al-Bāri’ juga termasuk Asmaul Husna yang dapat diamalkan sebagai wirid untuk memohon kesembuhan. Dengan mengamalkan wirid “Al-Bāri’”, seorang hamba diharapkan memperoleh kesembuhan dari penyakit yang diderita, serta terbebas dari berbagai penderitaan dan kesulitan atas izin Allah SWT.
Tata Cara Mengamalkan Wirid “Al-Bāri’”:
- Membaca lafaz “Yā Bāri’” sebanyak 100 kali setiap hari selama tujuh hari berturut-turut.
- Waktu pengamalannya tidak ditentukan, sehingga dapat dibaca kapan saja.
- Dianjurkan membacanya pada waktu senggang agar dapat diamalkan dengan lebih khusyuk.
- Sebaiknya dibaca dalam keadaan suci (berwudu).
4. Al-‘Aẓīm
Al-‘Aẓīm, yang bermakna Maha Agung, dapat diamalkan sebagai wirid untuk memohon kesembuhan. Membaca wirid “Al-‘Aẓīm” diyakini dapat membantu mempercepat proses penyembuhan bagi orang yang sedang sakit, sekaligus menjadi perlindungan dari gangguan makhluk halus. Dengan demikian, Asmaul Husna ini berfungsi ganda sebagai sarana penyembuhan dan benteng perlindungan nonfisik.
Tata Cara Mengamalkan Wirid “Al-‘Aẓīm”:
- Membaca lafaz “Yā ‘Aẓīm” sebanyak 12 kali.
- Setiap selesai membaca, meniupkan napas ke telapak tangan, kemudian mengusapkannya ke seluruh tubuh.
Amalan Asmaul Husna untuk Rezeki
Dikutip dari buku Fadhilatul Amal: Doa Pembuka Rezeki, Sukses Usaha & Karier karya Ust. Zezen Zaenal Alim, terdapat sejumlah Asmaul Husna yang dianjurkan untuk diamalkan sebagai doa dan ikhtiar spiritual dalam memohon kelapangan rezeki. Pengamalan ini tidak hanya bertujuan untuk menarik rezeki materi, tetapi juga memperkuat ketakwaan dan menumbuhkan rasa tawakal kepada Allah SWT.
1. Ar-Rahman
Dalam buku Agama Manusia & Tuhan dalam Perspektif Al-Qur’an karya Mbah Lul, Ar-Rahman dimaknai sebagai Maha Pengasih. Kasih sayang Allah SWT dicurahkan kepada seluruh makhluk tanpa membedakan keimanan. Melalui sifat Ar-Rahman, Allah SWT melapangkan rezeki kepada semua makhluk-Nya tanpa batas, mencakup harta, kesehatan, ketenangan batin, kelancaran usaha, kemudahan hidup, serta berbagai nikmat lainnya.
2. Al-Ghaniy
Sebagaimana dijelaskan dalam buku Quantum Ibadah karya Jusuf Kurnia, Al-Ghaniy berarti Yang Maha Kaya. Allah SWT memiliki kekayaan sempurna sehingga tidak membutuhkan apa pun dari makhluk-Nya. Mengenal sifat Al-Ghaniy mengajarkan seorang hamba untuk tidak bergantung pada makhluk, melainkan sepenuhnya bersandar kepada Allah SWT sebagai sumber kecukupan dan pemilik seluruh rezeki.
3. Al-Mughniy
Al-Mughniy bermakna Yang Maha Memberi Kekayaan, yaitu Allah SWT yang melapangkan dan mencukupkan rezeki hamba-Nya, baik ketika diminta maupun tanpa diminta. Asmaul Husna ini dapat diamalkan sebagai doa agar Allah SWT memberikan kecukupan serta menjauhkan dari rasa kekurangan. Adapun bacaan doa yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
“Ya Allah, ya Ghaniyyu, ya Mughniy, kayakanlah hamba-Mu. Dan dengan kekayaan itu, berilah kemudahan untuk menggunakannya di jalan-Mu, agar hamba memperoleh kemuliaan menurut-Mu.”
4. Al-Wahhab
Dalam buku Dzikir Pagi & Petang karya Ust. Fadli Ramadhan, Al-Wahhab dimaknai sebagai Maha Pemberi. Membaca “Yā Wahhāb” sebanyak tujuh kali setelah berdoa dapat menjadi wasilah terkabulnya doa. Sementara itu, apabila dibaca seratus kali setelah salat malam dalam keadaan suci selama tiga hari berturut-turut, Allah SWT akan mencukupi seseorang yang mengalami kesulitan rezeki atau membutuhkan pertolongan, dengan izin-Nya.
Mengamalkan Asmaul Husna setiap pagi juga dapat menjadi sarana menguatkan ketakwaan serta menenangkan hati. Amalan ini diharapkan menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan membuka pintu-pintu kebaikan dalam kehidupan.
Asmaul Husna untuk Perlindungan
1. As-Salam
As-Salām, yang bermakna Maha Penyelamat, merupakan salah satu Asmaul Husna yang dapat diamalkan untuk memohon perlindungan. Dikutip dari buku 99 Langkah Menuju Berkah karya Febrina Arisha, Allah SWT adalah Zat yang memberikan keselamatan dan perlindungan kepada siapa pun yang Dia kehendaki, baik dari bahaya yang tampak maupun yang tidak terlihat. Oleh karena itu, manusia dianjurkan untuk senantiasa memohon perlindungan hanya kepada Allah, baik untuk keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Makna perlindungan dalam Asmaul Husna As-Salām dapat dipahami melalui kisah Nabi Ibrahim AS yang memohon perlindungan kepada Allah SWT ketika menghadapi ancaman Raja Namrud. Atas izin-Nya, Allah mengirimkan pasukan nyamuk yang mampu mengalahkan tentara Namrud, menunjukkan bahwa keselamatan sejati datang dari Allah SWT. As-Salām menegaskan bahwa Allah SWT adalah sumber keselamatan dan kedamaian, melindungi hamba-Nya dari berbagai ancaman, gangguan, dan marabahaya sesuai kehendak-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam QS Al-Hasyr ayat 23:
هُوَ اللّٰهُ الَّذِيْ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ ۚ اَلْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلٰمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُۗ سُبْحٰنَ اللّٰهِ عَمَّا يُشْرِكُوْنَ
Latin: Huwallāhul-lażī lā ilāha illā huw(a), al-malikul-quddūsus-salāmul-mu’minul-muhaiminul-‘azīzul-jabbārul-mutakabbir(u), subḥānallāhi ‘ammā yusyrikūn(a).
Artinya: Dialah Allah Yang tidak ada tuhan selain Dia. Dia (adalah) Maha Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Damai, Yang Maha Mengaruniakan keamanan, Maha Mengawasi, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, dan Yang Memiliki segala keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (Al-Ḥasyr: 23)
2. Al-Wakīl
Al-Wakīl berarti Yang Maha Mewakili. Dikutip dari sumber sebelumnya, Asmaul Husna ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah Pelindung terbaik yang mengurus seluruh urusan makhluk-Nya. Dialah Zat yang paling layak dijadikan tempat bergantung, karena Allah menciptakan makhluk dari ketiadaan, kemudian mengawasi, menjaga, dan mengatur kehidupan mereka dengan sempurna. Perlindungan melalui sifat Al-Wakīl terwujud melalui sikap tawakal. Allah SWT berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا – ٣
“Dan bertawakallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara” (QS. Al-Ahzab:3)
Tawakal kepada Allah tidak berarti menyerahkan segala sesuatu tanpa usaha. Manusia tetap dituntut untuk berikhtiar semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Setelah itu, barulah hasilnya diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai bentuk keimanan dan ketergantungan kepada-Nya. Dengan bertawakal, seorang hamba akan terlindungi dari kegelisahan, ketakutan, dan keputusasaan dalam menghadapi berbagai ancaman hidup.
Sikap yang Dapat Diteladani dari Al-Wakīl:
- Berserah diri kepada Allah SWT.
- Bersyukur atas segala ketentuan-Nya.
- Menjadikan Allah sebagai sumber kekuatan dan harapan.
- Tidak berputus asa dalam berdoa dan berusaha.
- Berupaya menjadi pribadi yang amanah dan bertanggung jawab.
- Menjiwai setiap ikhtiar dengan niat mengharap rida Allah SWT.
3. Al-Hafidz (Yang Maha Pemelihara)
Al-Ḥafīẓ berarti Yang Maha Memelihara. Dikutip dari buku Aqidah Akhlak oleh Syafiuddin dan Machnunah Ani Zulfah, Asmaul Husna ini secara langsung berkaitan dengan perlindungan, karena Allah SWT senantiasa menjaga seluruh makhluk-Nya dari berbagai bahaya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Allah juga memelihara alam semesta, termasuk langit dan bumi, agar tetap berada dalam keseimbangan. Allah SWT berfirman:
وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا محفوظاً وَهُمْ عَنْ أَيْتِهَا مُعْرِضُونَ – ۳۲
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya” (QS. Al-Anbiya’:32)
Asy-Syaikh Muhammad Khalil al-Harras dalam Syarh Nūniyyah Ibnul Qayyim, yang dikutip dari sumber sebelumnya, menjelaskan bahwa asma Allah Al-Hafidz memiliki dua makna utama. Pertama, Allah SWT menjaga dan mencatat seluruh amal perbuatan hamba-Nya, baik amal kebaikan maupun keburukan. Kedua, Allah SWT melindungi hamba-hamba-Nya dari berbagai hal yang tidak mereka sukai, sesuai dengan hikmah dan kehendak-Nya.
Melalui sifat Al-Ḥafīẓ ini, Allah SWT mengajarkan manusia untuk ikut menjaga apa yang telah dianugerahkan-Nya, seperti memelihara keimanan, menjaga kebaikan, meningkatkan ketaatan, serta meluruskan niat dalam setiap perbuatan. Dengan demikian, Asmaul Husna Al-Ḥafīẓ menjadi landasan penting dalam memohon perlindungan Allah SWT secara lahir dan batin.
Mengamalkan Asmaul Husna dalam doa merupakan salah satu bentuk penghambaan yang menumbuhkan kesadaran akan kebesaran dan kasih sayang Allah SWT. Dengan memahami makna setiap nama-Nya dan mengamalkannya secara istiqamah, seorang Muslim diharapkan mampu memperkuat keimanan sekaligus menggantungkan seluruh harapan hanya kepada Allah sebagai sebaik-baik tempat bergantung.






