Nafkah anak setelah perceraian merupakan kewajiban yang tetap melekat meskipun ikatan pernikahan antara ayah dan ibu telah berakhir. Dalam Islam, kepentingan dan kesejahteraan anak menjadi prioritas utama yang tidak boleh diabaikan. Kewajiban nafkah anak ini dibahas secara tegas dalam Al-Qur’an dan literatur fikih, menegaskan bahwa hak anak harus tetap terpenuhi tanpa dipengaruhi oleh konflik atau perpisahan orang tuanya.
Dalil Kewajiban Nafkah Anak dalam Islam
Kewajiban nafkah anak ditegaskan dalam Al-Qur’an, di antaranya dalam Surah Al-Baqarah ayat 233. Ayat ini menyebutkan bahwa ayah berkewajiban memenuhi kebutuhan anak, termasuk dalam masa penyusuan. Ketentuan ini menunjukkan bahwa tanggung jawab nafkah anak tetap melekat pada ayah meskipun terjadi perceraian dengan ibu anak tersebut.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Allah SWT berfirman dalam QS Al Baqarah ayat 233:
وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢبِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗوَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Latin: Wal-wālidātu yurḍi’na aulādahunna ḥaulaini kāmilaini liman arāda ay yutimmar-raḍā’ah(ta), wa ‘alal-maulūdi lahū rizquhunna wa kiswatuhunna bil-ma’rūf(i), lā tukallafu nafsun illā wus’ahā, lā tuḍārra wālidatum biwaladihā wa lā maulūdul lahū biwaladihī wa ‘alal-wāriṡi miṡlu żālik(a), fa’in arādā fiṣālan ‘an tarāḍim minhumā wa tasyāwurin falā junāḥa ‘alaihimā, wa in arattum an tastarḍi’ū aulādakum falā junāḥa ‘alaikum iżā sallamtum mā ātaitum bil-ma’rūf(i), wattaqullāha wa’lamū annallāha bimā ta’malūna baṣīr(un).
Artinya: Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Baqarah: 233)
Adapun landasan wajibnya memberikan nafkah yang bersumber dari hadits Nabi, sebagaimana sabda beliau pada waktu haji wada’ berikut:
اتقوا الله في النساء ، فإنكم أخذتموهن بكلمة الله ، واستحللتم فروجهن بكلمة الله ، ولكم عليهن ألا يُوطئن فرشكم أحدا تكرهونه ، فإن فعلن ذلك فاضربوهن ضربا غير مُبَرَّح ، ولهن عليكم رزقهن وكسوتهن بالمعروف






