Kejuaraan Dunia Bulutangkis BWF TotalEnergies 2025 di Paris telah berakhir, meninggalkan jejak persaingan yang tak terlupakan dan sejumlah kejutan. Turnamen yang berlangsung di Adidas Arena ini, tempat penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024, menampilkan intensitas tinggi sejak hari pembukaan hingga pertandingan final.
Tidak seperti edisi sebelumnya yang cenderung memanas di babak-babak akhir, Kejuaraan Dunia kali ini menyuguhkan laga sengit sejak awal. Hari pertama saja sudah diwarnai tumbangnya sejumlah unggulan, seperti Li Shi Feng yang kalah dari Yushi Tanaka, serta Lee Zii Jia, Ratchanok Intanon, dan Brian Yang yang harus angkat koper lebih awal. Unggulan ke-11 Lu Guang Zu juga nyaris tersingkir dan tidak bertahan lama di turnamen.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Salah satu kejutan terbesar terjadi di babak kedua ganda campuran, ketika pasangan Denmark Mathias Christiansen/Alexandra Boje berhasil menumbangkan favorit juara Feng Yan Zhe/Huang Dong Ping. Kemenangan ini terasa istimewa bagi Christiansen/Boje yang baru kembali ke sirkuit setelah absen setahun, menandai comeback gemilang mereka di arena yang sama dengan Olimpiade Paris 2024 yang sempat mereka lewatkan.
Perjalanan Gemilang Shi Yuqi Raih Gelar Dunia
Di sektor tunggal putra, Shi Yuqi akhirnya berhasil mencoret gelar Kejuaraan Dunia dari daftar keinginannya. Perjalanannya menuju medali emas di Paris akan dikenang sebagai salah satu yang paling epik, dimulai dengan pertarungan sengit melawan Lakshya Sen di babak pertama.
Pada babak-babak selanjutnya, Shi Yuqi harus berjuang keras hingga poin terakhir melawan Christo Popov, Weng Hong Yang, Victor Lai, dan akhirnya Kunlavut Vitidsarn di final. Terlepas dari beban fisik dan mental yang luar biasa, termasuk menyelamatkan dua match point di semifinal, ia terus berjuang. Ketika poin terakhir dimenangkan, kampanye heroik Shi Yuqi pun membuahkan hasil manis.
Tingkat persaingan yang ketat juga terlihat dari hampir kalahnya Shi Yuqi di semifinal, An Se Young yang menyerah pada tekanan di semifinal tunggal putri, serta kekalahan mengejutkan Feng/Huang di babak kedua ganda campuran. Ini menunjukkan bahwa setiap disiplin ilmu menyajikan tantangan yang luar biasa.
Atmosfer Elektrik di Paris
Salah satu sorotan utama Kejuaraan Dunia kali ini adalah atmosfer penonton di Prancis yang luar biasa. Setahun setelah Olimpiade Paris 2024, antusiasme publik terhadap bulutangkis tidak hanya belum mereda, melainkan justru semakin meningkat. Suasana di Adidas Arena mengingatkan pada kemeriahan Olimpiade, dengan kerumunan besar yang memadati stadion bahkan sejak sesi pembukaan hari pertama.
Sepanjang turnamen yang berlangsung selama seminggu penuh, para penonton setia hadir, dengan sportif menyemangati semua peserta. Tentu saja, sorak sorai paling meriah ditujukan untuk bintang-bintang tuan rumah yang kini memperebutkan medali.
Para pemain Prancis pun tidak mengecewakan. Kakak beradik Popov, Christo dan Toma Junior, terus memukau penonton. Christo Popov nyaris saja mengalahkan unggulan teratas Shi Yuqi di babak ketiga, sementara Toma Junior Popov berhasil menyingkirkan Anthony Ginting untuk kedua kalinya di tempat yang sama, serta menghadapi pertandingan ketat melawan Anders Antonsen.
Thom Gicquel dan Delphine Delrue juga mencetak sejarah dengan menjadi pasangan Prancis pertama yang memenangkan medali di nomor ganda berpasangan. Ini merupakan penghargaan yang pantas bagi para penonton yang telah menyemangati mereka sepanjang pertandingan.
Sejarah Baru dari Berbagai Negara
Bintang yang bersinar terang di Paris 2025 adalah Victor Lai, yang mencetak sejarah bagi Kanada sebagai peraih medali pertama mereka di Kejuaraan Dunia. Sepanjang minggu itu, pemain berusia 20 tahun ini mengalahkan nama-nama besar seperti Lu Guang Zu, Jeon Hyeok Jin, dan Loh Kean Yew, sebelum akhirnya nyaris menumbangkan juara tunggal putra, Shi Yuqi, di semifinal.
Sejarah juga tercipta di kategori lain. Pasangan ganda putri Malaysia, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan, menjadi warga Malaysia pertama yang meraih medali di nomor ganda putri. Sementara itu, Chen Tang Jie/Toh Ee Wei juga mengukir sejarah sebagai pasangan Malaysia pertama yang memenangkan medali emas di nomor ganda campuran.
Sorak sorai meriah terdengar di upacara pemberian medali ketika Gicquel/Delrue naik ke podium untuk menerima medali pertama Prancis di nomor ganda berpasangan. Di sisi lain, Akane Yamaguchi berhasil menyamai rekor Carolina Marin dengan koleksi tiga medali emas Kejuaraan Dunia di nomor tunggal putri.
Sebaran medali di Kejuaraan Dunia kali ini cukup merata, dengan Kanada termasuk di antara 10 negara yang berhasil memenangkan medali. Pola sebaran medali ini mengikuti tren terkini, serupa dengan edisi Tokyo 2022 dan Huelva 2021. Yang cukup signifikan, tidak ada final yang mempertemukan wakil dari negara yang sama. China, yang memiliki perwakilan di kelima final, tidak dapat mengulangi prestasi sapu bersih medali mereka pada tahun 1987, 2010, dan 2011.






