Bulan Maret 2025 menjadi periode yang penuh dinamika, baik di ranah teknologi maupun budaya digital. Berbagai peristiwa, mulai dari pameran inovasi global Mobile World Congress (MWC) 2025 di Barcelona hingga fenomena alam dan kontroversi di media sosial, berhasil mencuri perhatian publik dan mengguncang linemasa.
MWC 2025: Panggung Inovasi Futuristik dan Kolaborasi Industri
Mobile World Congress (MWC) 2025 kembali menegaskan posisinya sebagai barometer utama arah industri teknologi global. Digelar di Barcelona pada awal Maret, pameran ini menjadi saksi peluncuran perangkat mutakhir, konsep futuristik, serta demonstrasi kecerdasan buatan (AI) yang semakin matang.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Salah satu sorotan utama datang dari Xiaomi, yang meluncurkan Xiaomi 15 Series secara global. Bersamaan dengan itu, Xiaomi memamerkan visi besar mereka, “Human x Car x Home”, dengan membawa mobil listrik SU7 Ultra dan beragam perangkat rumah pintar. Langkah ini menggarisbawahi ambisi Xiaomi dalam membangun ekosistem teknologi yang terintegrasi.
Tak kalah menarik, Samsung memancing rasa penasaran dengan konsep Flex Gaming. Ini adalah layar lipat khusus yang dirancang untuk konsol genggam, mengaburkan batas antara smartphone, perangkat lipat, dan konsol game portabel. Inovasi ini menunjukkan eksperimen lanjutan Samsung dalam mencari bentuk baru perangkat hiburan masa depan.
Tecno juga berhasil mencuri perhatian melalui pendekatan uniknya. Mereka memamerkan ponsel super tipis berkonsep tri-fold, Phantom Ultimate 2. Saat dilipat, ponsel layar lipat tiga ini memiliki ketebatan hanya 11 mm, lebih tipis dari Galaxy Z Fold6. Ketika dibentangkan penuh, layarnya menyajikan panel OLED 10 inci dengan resolusi 3K.
Selain perangkat lipat, MWC 2025 juga menampilkan ide sustainable gadget, seperti Infinix Solar Concept Phone. Ponsel ini dilengkapi panel surya berbasis perovskit yang diklaim lebih efisien dari panel surya konvensional. Berkat teknologi MPPT, perangkat ini mampu mengisi daya sekitar 2W di bawah sinar matahari, cukup untuk kondisi darurat.
Sementara itu, Realme menghadirkan konsep smartphone dengan mount lensa kamera profesional, menantang batasan fotografi mobile konvensional. Realme juga meluncurkan inisiatif “NEXT AI” yang menyasar kebutuhan anak muda, mencakup AI Imaging, AI Efficiency, dan AI Gaming, dengan target ambisius penjualan 100 juta ponsel berfitur AI dalam beberapa tahun ke depan.
Di samping parade gadget, MWC 2025 juga dimanfaatkan untuk pengumuman penting di sektor jaringan telekomunikasi. Contohnya, operator Telkomsel dari Indonesia meneken kemitraan strategis dengan Huawei di MWC 2025 Barcelona. Kerja sama ini bertujuan untuk mempercepat pengembangan bisnis digital di bidang 5G, komputasi awan (Cloud), dan solusi enterprise di Indonesia. Kolaborasi ini menyoroti peran MWC sebagai ajang bagi operator dan vendor teknologi untuk mendorong inovasi jaringan dan mempersiapkan ekosistem menyambut konektivitas generasi berikutnya.
“Hujan Darah” di Iran: Fenomena Alam yang Viral
Di luar dunia gadget, warganet global dibuat terpana oleh fenomena “hujan darah” di Pulau Hormuz, Iran. Video yang memperlihatkan pantai berubah merah pekat usai hujan deras viral lintas platform dan memicu berbagai spekulasi liar di tengah masyarakat.
Penjelasan ilmiah kemudian menyebutkan bahwa warna merah tersebut berasal dari kandungan oksida besi di tanah setempat yang terbawa air hujan. Namun, di era internet, visual dramatis sering kali lebih cepat menyebar dan memicu kepanikan atau takjub dibandingkan klarifikasi ilmiah yang membutuhkan waktu.
Serial Malaysia “Bidaah” dan Tokoh Walid: Fiksi yang Mengguncang Realitas Digital
Dunia hiburan digital juga tak kalah meledak. Serial Malaysia berjudul “Bidaah” mendadak viral di Indonesia sejak awal Maret. Tokoh Walid, seorang pemimpin sekte dengan perilaku ekstrem dalam serial tersebut, menjelma menjadi ikon baru di internet.
Potongan adegan, dialog kontroversial, hingga ekspresi Walid membanjiri platform TikTok dan X. Fenomena ini memicu munculnya meme, parodi, hingga diskusi serius mengenai sekte dan manipulasi agama. “Bidaah” menunjukkan bagaimana konten streaming lintas negara kini dapat dengan cepat menjadi fenomena budaya digital regional.
Kontroversi Influencer AS Curi Bayi Wombat: Etika Demi Konten
Kontroversi lain datang dari seorang influencer asal Amerika Serikat yang menuai kecaman global. Videonya yang memperlihatkan aksi mengambil bayi wombat liar di Australia dianggap sebagai bentuk eksploitasi satwa dilindungi, alih-alih hiburan.
Reaksi warganet sangat keras. Influencer tersebut diserang kritik, dilaporkan, dan dikecam oleh pegiat lingkungan. Kasus ini kembali menegaskan sisi gelap dari attention economy, di mana demi viralitas, etika sering kali dikorbankan.
Viral “Pacar Profesional”: Fantastis dan Mengundang Perdebatan
Jagat TikTok juga diramaikan oleh pengakuan seorang perempuan muda yang mengklaim berprofesi sebagai “pacar profesional”. Ia membeberkan bayaran fantastis dari klien kaya, bahkan disebut mencapai puluhan juta rupiah hanya untuk hitungan menit kebersamaan.
Cerita ini viral karena menyentuh banyak lapisan emosi, mulai dari kekaguman, sinisme, iri, hingga kritik moral. Diskusi pun melebar ke isu relasi transaksional, gaya hidup, serta batas antara pekerjaan, hiburan, dan eksploitasi diri di era media sosial.






