Jakarta, 29 Desember 2025 – Sektor manufaktur diskrit, khususnya industri elektronik dan otomotif, dilaporkan menjadi yang paling diuntungkan dari investasi teknologi kontrol kualitas berbasis kecerdasan buatan (AI) dan machine vision. Peningkatan signifikan pada pendapatan tercatat berkat efisiensi dalam menekan angka cacat produk.
Laporan terbaru berjudul “Elevating Manufacturing Value” yang dirilis oleh Zebra Technologies dan Oxford Economics menyoroti fenomena ini. Produsen diskrit seperti OEM (Original Equipment Manufacturer) otomotif dan elektronik melaporkan kenaikan pendapatan yang substansial setelah melakukan perbaikan berarti pada alur kerja kontrol kualitas mereka.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Secara spesifik, produsen elektronik mencatat kenaikan pertumbuhan pendapatan sebesar 2,45 poin persentase, sementara OEM otomotif mencatat kenaikan 2,35 poin persentase selama satu tahun terakhir. Angka persentase ini memiliki nilai ekonomi yang masif. Bagi organisasi manufaktur dengan ukuran tipikal dalam survei, kenaikan ini diterjemahkan menjadi potensi tambahan pendapatan sebesar USD72,9 juta untuk perusahaan elektronik dan USD69,8 juta untuk perusahaan otomotif.
Temuan laporan tersebut menegaskan bahwa bagi sektor-sektor ini, kualitas produk berkorelasi langsung dengan profitabilitas dan Return on Investment (ROI), yang memang menjadi prioritas bisnis utama mereka.
Kunci dari keberhasilan ini terletak pada pergeseran teknologi yang agresif. Laporan tersebut mencatat bahwa perusahaan yang masih perlu meningkatkan kontrol kualitas kini bertaruh besar pada teknologi visual cerdas. Sebanyak 80% dari produsen ini memprioritaskan penggunaan machine vision, sementara 55% berfokus pada implementasi AI.
Teknologi ini dianggap krusial, terutama untuk mendeteksi masalah kualitas pada alur kerja yang masih mengandalkan tenaga kerja manual, seperti pada tahap perakitan akhir (trim and final).
Salah satu direktur transformasi manufaktur di sebuah perusahaan otomotif terkemuka di Eropa menggambarkan bagaimana teknologi ini bekerja secara kolaboratif dengan manusia. “Kami memiliki sistem kamera yang dipasang langsung di kepala operator,” ungkap direktur tersebut. “Kamera ini mengawasi apa yang dilakukan operator dan mengevaluasi, dengan bantuan sistem AI, apakah sambungan dilakukan dengan benar. Ini membantu mencegah kesalahan yang dapat menyebabkan perbaikan berjam-jam di kemudian hari”.
Manfaat dari integrasi teknologi ini sangat nyata di lantai produksi. Produsen yang telah berhasil mengoptimalkan alur kerja kontrol kualitas mereka melaporkan berbagai keuntungan operasional, termasuk peningkatan kualitas produk (dipilih oleh 73% responden) dan penurunan kemungkinan kesalahan manusia atau human error (52%). Selain itu, 44% responden mencatat adanya perbaikan dalam penyesuaian jalur produksi tanpa perlu menghentikan operasi.
Bagi industri otomotif dan elektronik yang memiliki toleransi kesalahan sangat kecil, teknologi ini menjadi pembeda antara pemimpin pasar dan pengikut. Seperti yang ditekankan oleh salah satu eksekutif dalam laporan tersebut, tekanan untuk melakukan otomatisasi sangat besar: “Entah kita melakukannya dan bisa bersaing dalam hal biaya, atau kita tidak akan bertahan”.
Revolusi kualitas berbasis AI ini membuktikan bahwa efisiensi teknis kini menjadi fondasi utama bagi kesehatan finansial perusahaan manufaktur modern.






