Teknologi

Intelijen NATO Curigai Rusia Kembangkan Senjata Anti-Satelit Baru, Target Utama Konstelasi Starlink

Advertisement

Dinas intelijen dari dua negara anggota NATO mencurigai Rusia tengah mengembangkan senjata anti-satelit jenis baru. Senjata ini dirancang khusus untuk melumpuhkan konstelasi Starlink milik perusahaan SpaceX, yang dioperasikan oleh Elon Musk.

Senjata yang disebut memiliki ‘efek zona’ ini bekerja dengan menciptakan awan fragmen peluru destruktif di orbit. Tujuannya adalah membanjiri orbit Starlink dengan ratusan ribu butiran logam berdensitas tinggi, yang berpotensi melumpuhkan banyak satelit sekaligus.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Langkah ini dinilai sebagai upaya Rusia untuk meruntuhkan dominasi ruang angkasa Barat, yang selama ini menjadi tulang punggung vital bagi Ukraina dalam menghadapi invasi yang kini memasuki tahun keempat.

Namun, metode ini juga berisiko menimbulkan kerusakan kolateral pada sistem orbit lainnya. Sejumlah analis menyatakan keraguan akan efektivitasnya tanpa menimbulkan kekacauan bagi pihak lain, termasuk Rusia sendiri dan sekutunya, Tiongkok, yang sangat bergantung pada ribuan satelit untuk komunikasi dan pertahanan.

Victoria Samson, seorang spesialis keamanan ruang angkasa dari Secure World Foundation, mengungkapkan keterkejutannya. “terkejut jika Rusia benar-benar menempuh langkah seekstrem itu,” ujarnya.

Di sisi lain, Brigadir Jenderal Christopher Horner dari Divisi Ruang Angkasa militer Kanada berpendapat pengembangan senjata semacam itu bukan hal yang mustahil. Ia merujuk pada tuduhan Amerika Serikat bahwa Rusia juga mengejar pembuatan senjata nuklir ruang angkasa.

Menurut Horner, “jika Rusia berani melangkah sejauh itu, mengembangkan sesuatu yang sedikit di bawah nuklir tidak mengejutkan.”

Advertisement

Temuan intelijen yang diakses Associated Press pada Sabtu (27/12/2025) ini mengindikasikan bahwa Rusia memandang Starlink sebagai ancaman serius. Ribuan satelit milik SpaceX tersebut menjadi andalan pasukan Ukraina untuk komunikasi medan perang hingga penentuan target.

Pejabat Rusia sendiri berulang kali telah memperingatkan bahwa satelit komersial yang membantu militer Ukraina dapat menjadi target sah.

Berbeda dengan uji coba rudal anti-satelit yang dilakukan Rusia pada tahun 2021 untuk menghancurkan satu satelit tua, senjata baru ini dirancang untuk menghantam banyak unit Starlink secara simultan. Ini dilakukan melalui butiran peluru yang dilepaskan dari formasi satelit kecil.

Horner memperingatkan bahwa awan peluru ini sangat sulit dikendalikan dan berpotensi dengan cepat menyelimuti seluruh orbital, menghancurkan setiap satelit di jalur yang sama. Meskipun statusnya masih belum jelas apakah sudah diuji atau sekadar eksperimental, butiran logam berukuran beberapa milimeter ini diklaim mampu menghindari deteksi sistem radar darat maupun ruang angkasa. Hal ini menyulitkan upaya untuk menyalahkan Moskow secara langsung jika terjadi serangan.

Clayton Swope dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) mencatat bahwa meskipun butiran kecil tersebut sulit dilacak, kerusakan pada panel surya satelit sudah cukup membuatnya tidak berfungsi. Namun, konsekuensi jangka panjangnya bisa mengerikan. Awan peluru tersebut pada akhirnya akan jatuh ke Bumi dan dapat mengancam Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) serta stasiun luar angkasa Tiangong milik Tiongkok di orbit yang lebih rendah.

Mengingat risiko yang begitu besar bagi semua pihak, beberapa ahli menduga bahwa sistem ini mungkin lebih berfungsi sebagai gertakan atau alat intimidasi.

Advertisement
Mureks