Otomotif

Instruktur Keselamatan Berkendara Soroti Pentingnya Manajemen Sopir Bus dan Truk Mirip Industri Aviasi

Advertisement

Instruktur Keselamatan Berkendara sekaligus Founder Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), Jusri Pulubuhu, mendesak agar pengelolaan pengemudi kendaraan angkutan, baik bus maupun truk, disamakan dengan standar industri aviasi. Langkah ini dinilai krusial untuk menekan angka kecelakaan di jalan raya.

Jusri menegaskan bahwa perusahaan angkutan tidak cukup hanya merekrut pengemudi berdasarkan pengalaman dan keterampilan. “Bagi perusahaan angkutan barang maupun penumpang, mereka seharusnya tidak hanya merekrut pengemudi berdasarkan pengalaman dan skill aja, tapi perlu me-manage para pengemudi tersebut,” ujar Jusri kepada kumparan pada Sabtu, 27 Desember 2025.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Manajemen Pengemudi dan Sertifikasi Berkala

Menurut Jusri, perusahaan angkutan perlu memberlakukan kebijakan mengemudi yang aman, termasuk pelatihan peningkatan sumber daya manusia secara berkala. Hal ini bertujuan untuk menjamin keselamatan pengemudi, penumpang, dan pengguna jalan lain, serta meminimalisir risiko kelalaian berkendara.

Ia menekankan pentingnya manajemen yang setara dengan industri penerbangan. “Harusnya penanganan, pengoperasian, perizinan, dan persyaratan pengoperasian PO (perusahaan otobus) itu sama dengan pengoperasian industri aviasi, yaitu ada re-sertifikasi (secara berkala),” jelasnya.

Pengaturan Jam Kerja dan Istirahat

Manajemen perjalanan juga harus mencakup pengaturan jam kerja dan istirahat pengemudi secara ketat. Ini berlaku terutama bagi pengemudi yang bertugas di malam hari atau saat peralihan shift.

“Untuk para pengemudi yang mendapatkan jam kerja malam, mereka harus diatur jam kerja dan istirahatnya. Memastikan mereka tidur di siang hari sebelum perjalanan,” sambung Jusri.

Advertisement

Selain itu, ia menambahkan, “Kemudian saat fase idle atau peralihan dari kerja siang hari ke malam hari, perlu ada satu hari kosong di antara itu untuk menyiapkan diri, termasuk istirahat sebelum berganti jam kerja.”

Sistem Monitoring dan Aturan Ketat

Jusri berharap adanya sistem monitoring waktu istirahat dan kerja pengemudi, baik sebelum maupun selama perjalanan. Sistem serupa sudah diterapkan di Amerika Serikat untuk mencegah pengemudi yang kelelahan (fatigue) atau memiliki masalah mental.

“Jadi ada satu sistem yang bisa memonitor waktu istirahat pengemudi, baik pra-perjalanan maupun saat perjalanan. Ini sudah berlaku di Amerika, supaya tidak ada pengemudi yang sudah fatigue (kelelahan) maupun memiliki masalah mental,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Jusri mendesak para pemangku kebijakan dan instansi terkait untuk memperketat aturan terkait kendaraan angkutan. Ini mencakup manajemen perjalanan angkutan penumpang hingga penyelesaian masalah truk Over Dimension and Over Load (ODOL).

Dengan kontrol yang menyeluruh, diharapkan jalanan Indonesia akan menjadi ruang mobilitas yang lebih aman, sekaligus memaksimalkan aktivitas distribusi logistik dan transportasi massal.

Advertisement
Mureks