Kepulangan Daniele De Rossi ke Stadio Olimpico pada Selasa (29/12) malam berakhir dengan kekalahan pahit bagi tim asuhannya, Genoa. Meski disambut meriah oleh publik Roma, legenda Giallorossi itu menyampaikan permohonan maaf kepada para pendukung setia karena frustrasi atas kekalahan 3-1 yang diderita Genoa.
Kekalahan Emosional di Olimpico
Pertandingan ini menandai laga pertama De Rossi di markas AS Roma sejak ia dipecat dari kursi pelatih kepala klub tersebut pada September lalu. Namun, dominasi tuan rumah di babak pertama melalui gol Matias Soule, Manu Kone, dan Evan Ferguson membuat Genoa harus pulang dengan tangan hampa. Tim tamu sempat memperkecil ketertinggalan lewat Jeff Ekhator di menit ke-87.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Sambutan Hangat dari Mantan Anak Asuh
Suasana haru sudah terasa bahkan sebelum peluit pertama dibunyikan. Bintang-bintang Roma seperti Paulo Dybala, Gianluca Mancini, dan Manu Kone secara khusus menghampiri De Rossi di pinggir lapangan untuk memberikan pelukan hangat kepada mantan pelatih mereka.
Puncak emosi terjadi setelah laga usai. De Rossi diberikan kesempatan untuk melakukan lap of honour, berkeliling lapangan sambil bertepuk tangan ke arah empat tribun stadion diiringi lagu ikonik Grazie Roma. Saat ia melangkah menuju Curva Sud, berbagai bendera bertuliskan nama dan nomor punggung lamanya dikibarkan. De Rossi pun menyempatkan diri bersalaman dengan sejumlah suporter di tribun.
Penyesalan di Balik Wajah Tegang
Berbicara kepada DAZN setelah momen perpisahan tersebut, De Rossi meminta maaf karena menunjukkan wajah yang keras dan kaku meskipun sedang disambut dengan penuh cinta. Ia menjelaskan perasaannya yang campur aduk.
“Saya marah di dalam hati, ini membuat frustrasi karena saya tidak menyukai performa yang kami tunjukkan. Perasaan itu tetap ada meski ada perpisahan terakhir, dukungan dari penggemar saya, dari mantan penggemar saya, dan dari mantan pemain saya,” jelas De Rossi.
Ia mengakui hasil pertandingan sangat memengaruhi suasana hatinya saat menyapa para pendukung. “Mereka akan melakukan hal yang sama dalam kondisi seri, menang, atau kalah, tetapi akan jauh lebih menyenangkan jika pergi dan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka setelah performa yang berbeda,” tambahnya.
Menutup pernyataannya, De Rossi menekankan reaksi emosionalnya adalah bentuk kejujurannya terhadap sepak bola. “Saya minta maaf karena saya memasang wajah tegang saat perpisahan itu, tetapi mereka mengenal saya. Mereka tahu bahwa saya tidak punya cara lain dalam menghayati sepak bola.”






