Atlet jetski kebanggaan Indonesia, Aero Sutan Aswar, berhasil menyumbangkan medali emas pada ajang SEA Games 2025 di Thailand. Namun, di balik prestasi gemilang tersebut, Aero mengungkapkan minimnya dukungan pemerintah, bahkan harus menggunakan jetski sewaan dan membiayai pelatihan secara mandiri.
Aero meraih podium tertinggi pada nomor endurance open, mengungguli atlet tuan rumah Tapatarawat Joesonnusont dengan selisih poin tipis, 1.132 berbanding 1.130. Atlet Filipina Manglicmot Sabino Czariv menempati posisi ketiga dengan 1.096 poin.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Sementara itu, adiknya, Aqsa Sutan Aswar, harus puas dengan medali perunggu di nomor runabout stock. Aqsa sebenarnya memiliki peluang besar untuk meraih emas, namun jetski yang ia kemudikan mengalami masalah teknis. Mesin jetski mati sebanyak dua kali pada motto terakhir, yang menyebabkan perolehan poinnya anjlok.
Insiden ini menyoroti masalah krusial yang dihadapi para atlet. Jetski yang digunakan dalam kompetisi merupakan hasil sewaan dari Pattaya dengan biaya mandiri, bukan jetski balap milik pribadi yang seharusnya dikirim ke Thailand. Kondisi ini membuat tim kehilangan kontrol penuh atas performa mesin jetski yang digunakan.
Aero menjelaskan bahwa semua kendala tersebut terjadi karena tidak adanya dukungan dana dari pemerintah, termasuk absennya dukungan dana Pelatnas dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Akibatnya, seluruh persiapan dan pelatihan jetski harus dilakukan secara mandiri.
Saat dikonfirmasi mengenai Pelatnas mandiri tersebut, Aero memberikan jawaban yang bernada kelakar namun penuh makna. “Kenapa mandiri? Itu bisa tanyakan kepada yang tidak memberikan duit. Untungnya punya duit dan emas,” ujar Aero setibanya di Tanah Air pada Rabu (17/12/2025).
Ia juga menyinggung soal bonus bagi atlet. “Dikalungin sih masuk cuma nggak ada biaya, kebetulan saja punya duit. Bonus? Masuk harusnya, masuk di-list kontingen,” tambahnya.
Terlepas dari tantangan tersebut, Aero menilai bahwa SEA Games tetap menjadi ajang dengan peluang besar untuk meraih medali. Namun, ia menegaskan bahwa hal tersebut tidak berarti mengecilkan level pertandingannya.
“Sebenarnya saya tidak pernah lihat levelnya, apakah dunia, atau level SEA Games, atau Asian Games. Pokoknya coba yang terbaik di balapan itu. Jadi dilihatnya lebih ke balapannya,” jelas atlet berusia 31 tahun tersebut.
Aero melanjutkan, “Oke skalanya memang beda-beda, orangnya beda-beda yang datang, semua. Cuma ya, kalau kita lihat skala karena di dunia rangking berapa? Jadi sudah pasti SEA Games misalnya emas.”
Ia juga mengingatkan tentang faktor-faktor tak terduga dalam olahraga jetski. “Enggak tentu juga sebenarnya, karena di olahraga apalagi kita di dunia jetski yang bermesin banyak faktor moving part, ada mesinnya itu, banyak faktor X yang kita nggak bisa duga. Misalnya ketabrak, mesinnya rusak, itu kan faktor-faktor yang nggak bisa kita duga,” paparnya.
“Jadi kayak aku sudah juara dunia tiga kali, bukan berarti (pasti menang), kayak bisa gagal di SEA Games, ada chance-nya. Tapi kita meminimalisir untuk gagalnya,” pungkas Aero.






