Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan adanya potensi banjir susulan di sejumlah wilayah Sumatera, meliputi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Kondisi ini dipicu oleh intensitas hujan yang masih tinggi, mendorong pemerintah untuk mengintensifkan operasi modifikasi cuaca guna menekan curah hujan.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam jumpa pers pada Kamis (18/12/2025), menegaskan pentingnya langkah mitigasi ini. “Kami juga mendapatkan laporan di beberapa titik baik di Aceh maupun Sumatera Utara ada yang mengalami banjir susulan,” ujar Abdul Muhari.
Menurut Abdul Muhari, operasi modifikasi cuaca (OMC) dilaksanakan secara kolaboratif oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama BNPB, TNI Angkatan Udara, serta pihak kepolisian. Langkah ini dinilai krusial mengingat saat ini Indonesia telah memasuki musim hujan.
Abdul Muhari menekankan bahwa OMC menjadi vital untuk meminimalkan potensi bencana susulan, sehingga proses pemulihan di daerah terdampak dapat berjalan lebih cepat. “Operasi modifikasi cuaca ini menjadi krusial untuk menjamin operasi tanggap darurat dan proses pemilihan fisik yang sudah berjalan tidak kembali terganggu oleh potensi bencana susulan yang bisa saja terjadi kalau intensitas hujan tidak kita minimalkan,” jelasnya.
Ia menambahkan, “Kita benar-benar membutuhkan kondisi cuaca yang kering dengan intensitas hujan yang seminimal mungkin supaya pekerjaan pekerjaan satgas darat ini bisa lebih optimal.”
Korban Jiwa Terus Bertambah
Dalam kesempatan yang sama, BNPB juga memperbarui data jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Angka korban jiwa kini mencapai 1.068 orang, meningkat dari 1.059 jiwa pada hari sebelumnya.
Rincian data korban meninggal dunia per 18 Desember 2025 adalah sebagai berikut:
- Aceh: 456 meninggal dunia
- Sumatera Utara: 366 meninggal dunia
- Sumatera Barat: 246 meninggal dunia
Selain itu, tercatat sebanyak 190 orang masih dinyatakan hilang, dan 537.185 jiwa warga terdampak masih harus mengungsi.



