Nasional

30 Tahun ViaVia: Kisah Kafe Legendaris Yogyakarta yang Jadi Titik Mula Seniman Ternama

Yogyakarta, Rabu, 31 Desember 2025 – Kafe dan restoran ViaVia Jogja merayakan tiga dekade perjalanannya dengan menggelar pameran seni bertajuk “Tricenarian: 30 Tahun ViaVia”. Dibuka pada Sabtu (20/12) lalu, pameran ini menghadirkan karya dari 60 seniman dan menjadi ajang reuni bagi sejumlah seniman yang telah tumbuh bersama ViaVia sejak akhir 1990-an.

ViaVia Jogja dikenal luas sebagai titik mula bagi banyak seniman besar di Yogyakarta untuk menggelar pameran tunggal pertama mereka. Deretan nama seperti musisi Oom Leo, muralis Samuel Indratma dari Apotik Komik, Eko Nugroho, Bambang “Toko” Wicaksono, Eko Birowo, hingga Riyan “The Popo” Riyadi tercatat pernah menjadikan ViaVia sebagai panggung awal perjalanan artistik mereka.

Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!

Mie Cornoedus, sosok di balik berdirinya ViaVia di Jogja, mengungkapkan peran krusial tempat ini. “Sering kali mereka (para seniman) pameran pertama kali di sini,” ujarnya saat ditemui tim Pandangan Jogja pada pembukaan pameran. Ia menambahkan, “(Seperti) Eko Nugroho, pertama kali dia pameran tunggal itu di ViaVia. (Ada juga) Samuel Indratma. Banyak sekali.”

Musisi Narpati Awangga, atau yang akrab disapa Oom Leo, turut mengenang masa-masa awal karirnya di ViaVia. Ia memulai perjalanan seninya di Jogja saat berkuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. “Karir Oom Leo itu dibangun di Via Via. Dapat kesempatan diajak pameran akhir 2000 atau 2001,” kenangnya.

Dalam ingatan Oom Leo, ViaVia bukan sekadar kafe, melainkan sebuah ruang vital yang memberikan peluang bagi seniman-seniman muda yang kala itu kesulitan menemukan tempat untuk berdiskusi dan berpameran. “Dulu seniman-seniman makan siang, nongkrong sampai malam di sini. Dialog, ngobrol, dan banyak ide lahir begitu aja,” tambah Oom Leo, menyoroti minimnya galeri yang bersifat eksklusif bagi seniman besar pada masa itu.

Samuel Indratma juga memiliki kenangan serupa. Ia mengingat ViaVia sebagai tempat yang memberinya kesempatan unjuk gigi di awal karirnya. “Tahun 1997, saya memulai bersama dengan Mie Cornoedus. Waktu itu ViaVia awal buka juga, kemudian saya berkenalan, lantas singkat cerita membuat sebuah pameran tunggal dengan membuat mural pada waktu itu,” paparnya.

Gagasan awal ViaVia, seperti tercatat dalam buku Tricenarian yang diterbitkan bersamaan dengan ulang tahun ke-30, adalah mengawinkan makanan, seni, dan komunitas. Restoran ini tidak hanya difungsikan sebagai tempat bersantap, tetapi juga sebagai galeri, studio diskusi, dan titik temu berbagai ide kreatif.

Mie Cornoedus menegaskan kembali visi tersebut. “ViaVia memberi ruang eksperimen, ruang belajar, ruang pijakan pertama. Kami mendukung itu sebagai batu loncatan. Dari sini ada kolektor masuk, atau orang internasional. Lalu mereka (seniman yang pameran di ViaVia) diminta pamer di tempat lain. Banyak yang sekarang mapan, dulu tumbuh di sini,” pungkasnya.

Pameran “Tricenarian: 30 Tahun ViaVia” terbuka untuk umum dan gratis, berlangsung hingga 28 April 2026 di ViaVia Jogja yang berlokasi di Jl. Prawirotaman 30.

Mureks