Samsung Electronics diduga sengaja membatasi produksi Galaxy Z TriFold, salah satu smartphone paling banyak dibicarakan sepanjang tahun 2025. Strategi ini diambil di tengah tingginya biaya produksi dan kebutuhan untuk membuktikan keandalan teknologi lipat tiga sebelum diproduksi dalam skala besar.
Diluncurkan secara resmi di Korea Selatan pada 12 Desember 2025, Galaxy Z TriFold langsung ludes dalam hitungan menit sejak penjualan perdananya. Perangkat ini dibanderol dengan harga tertinggi sepanjang sejarah smartphone Samsung, yakni KRW3.590.400 atau sekitar USD 2.466. Unit kembali habis saat restock online pada 17 Desember, dan hingga pekan terakhir Desember, perangkat tersebut masih belum tersedia di pasar domestik.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Minat Tinggi, Pasokan Terbatas
Di balik tingginya minat konsumen, pasokan Galaxy Z TriFold tergolong sangat kecil. Estimasi industri Korea menyebutkan penjualan domestik baru mencapai sekitar 3.000 hingga 4.000 unit. Sementara itu, total pengiriman global direncanakan hanya 20.000 sampai 30.000 unit.
Angka ini jauh di bawah lini foldable utama Samsung. Sebagai perbandingan, Galaxy Z Fold7 dan Z Flip7 yang dirilis Juli 2025 mencatatkan lebih dari 1,04 juta unit pre-order saja, menurut data perusahaan.
Pembatasan produksi juga tercermin dari strategi pemasaran. Tidak seperti peluncuran flagship lainnya, Samsung tidak mendistribusikan unit Galaxy Z TriFold kepada media atau kreator konten untuk keperluan review. Sejumlah sumber industri menyebut perangkat ini diposisikan sebagai produk edisi khusus yang bertujuan menunjukkan kepemimpinan teknologi dan kapabilitas rekayasa, bukan untuk mengejar volume penjualan.
Tantangan Produksi dan Profitabilitas
Secara teknis, smartphone lipat tiga menghadirkan tantangan produksi yang jauh lebih kompleks. Perangkat ini menggunakan dua engsel, beberapa panel OLED kelas atas, serta toleransi perakitan yang jauh lebih ketat dibanding foldable konvensional. Peningkatan produksi dalam waktu singkat dinilai berisiko meningkatkan cacat produksi sekaligus mendorong biaya lebih tinggi, demikian laporan dari The Herald Korea.
Profitabilitas juga menjadi faktor pembatas. Kenaikan harga memori semikonduktor dalam beberapa bulan terakhir, ditambah penggunaan panel OLED kustom yang lebih mahal, membuat biaya produksi Galaxy Z TriFold melonjak. Sejumlah analis sebelumnya memperkirakan harga perangkat ini akan melampaui KRW4 juta atau kisaran Rp46 jutaan, namun Samsung memilih menetapkan harga di bawah ekspektasi tersebut.
Pada acara peluncuran, Lim Sung-taek, Vice President dan Head of Samsung Electronics Korea, menyebut harga Galaxy Z TriFold sebagai “angka yang dicapai setelah pemangkasan biaya berulang kali.” Sumber industri bahkan menyebut Samsung kemungkinan hanya meraih margin sangat tipis, atau berpotensi merugi pada setiap unit yang terjual.
Perbandingan dengan Huawei Mate XT
Pendekatan Samsung ini berbeda dengan Huawei, yang meluncurkan Mate XT generasi pertama di China pada akhir 2024 dengan harga awal 19.999 yuan atau sekitar USD 2.845. Perangkat tersebut bahkan dijual hingga USD 3.660 di beberapa pasar luar negeri. Data IDC mencatat Huawei menjual sekitar 470.000 unit Mate XT hingga akhir kuartal kedua 2025.
Dari sisi desain, Galaxy Z TriFold mengusung mekanisme lipat ke dalam ganda yang sepenuhnya melindungi layar utama 10 inci saat ditutup. Pendekatan ini berbeda dari desain lipat keluar Huawei yang membiarkan sebagian layar tetap terekspos. Meski membuat bodi Samsung sedikit lebih tebal dan berat, analis dan pengulas menilai desain tersebut menawarkan tingkat keandalan yang lebih tinggi.






