Anak usaha Samsung, Samsung SDI, mengumumkan kerja sama strategis dengan produsen mobil KG Mobility. Kemitraan ini berfokus pada pengembangan baterai generasi baru untuk kendaraan listrik (EV) yang menggunakan sel silinder canggih.
Melalui blog resminya, Samsung SDI menjelaskan bahwa proyek ini akan mengintegrasikan sel silinder seri 46. Baterai ini akan dilengkapi dengan katoda NCA berkapasitas tinggi serta anoda Silicon-Carbon (Si-C). Kombinasi teknologi ini diklaim mampu memberikan jarak tempuh yang lebih panjang, performa yang lebih baik, serta tingkat keamanan yang lebih tinggi bagi mobil listrik.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Teknologi Silicon-Carbon menjadi elemen kunci dalam pengembangan ini. Dibandingkan dengan anoda grafit konvensional, material Si-C memiliki kemampuan menyimpan energi yang jauh lebih besar. Samsung SDI menyatakan bahwa teknologi ini akan membantu mengurangi pembengkakan sel dan memperpanjang umur baterai, dua tantangan umum pada baterai berkapasitas tinggi.
Selain itu, baterai baru ini juga mengadopsi desain tabless yang bertujuan untuk meningkatkan output daya dan mempercepat proses pengisian. Sistem manajemen termal yang ditingkatkan, bersama dengan proses manufaktur yang lebih presisi, diharapkan menjadikan baterai ini lebih stabil dan andal untuk penggunaan jangka panjang pada kendaraan listrik masa depan.
Ironi Adopsi Teknologi di Lini Smartphone Galaxy
Di tengah kabar positif tersebut, muncul sebuah ironi yang menjadi sorotan pengamat dan pengguna gadget. Samsung, sebagai perusahaan induk, dinilai masih enggan mengadopsi teknologi baterai Silicon-Carbon ini untuk lini smartphone Galaxy, termasuk seri flagship mendatang Galaxy S26.
Padahal, baterai Si-C kini menjadi perbincangan hangat di industri smartphone. Berbeda dengan baterai lithium-ion konvensional yang mengandalkan grafit, baterai Silicon-Carbon mencampurkan silikon yang secara teoritis mampu menyimpan energi hingga 10 kali lebih banyak. Hal ini memungkinkan kapasitas baterai melonjak signifikan tanpa harus menambah ketebalan atau berat bodi ponsel.
Beberapa produsen smartphone lain telah mulai memanfaatkan teknologi ini untuk menghadirkan baterai berkapasitas besar, bahkan mencapai 8.000 mAh, tetap dalam desain yang ramping. Selain daya tahan yang lebih lama, baterai Si-C juga mendukung pengisian daya yang lebih cepat serta performa yang lebih stabil di suhu ekstrem, terutama cuaca dingin yang sering menjadi kendala baterai konvensional.
Harapan agar Samsung segera mengadopsi teknologi ini cukup besar di kalangan pengguna. Namun, bocoran yang beredar justru mengindikasikan bahwa Galaxy S26 Ultra masih akan mempertahankan kapasitas baterai 5.000 mAh, kapasitas yang telah digunakan Samsung selama kurang lebih enam tahun terakhir.
Untuk mengimbangi keterbatasan kapasitas tersebut, Samsung dikabarkan akan mengandalkan efisiensi komponen lain. Galaxy S26 Ultra disebut bakal menggunakan panel layar M14 OLED yang diklaim lebih hemat daya. Meski sempat memicu antusiasme, bocoran terbaru menyebut panel ini tidak akan dimaksimalkan sepenuhnya dari sisi visual.
Samsung disebut lebih memprioritaskan efisiensi daya ketimbang performa layar puncak. Beberapa pembatasan yang dirumorkan antara lain kedalaman warna 8-bit, tingkat kecerahan maksimum sekitar 2.600 nits, serta penggunaan PWM dengan frekuensi rendah. Langkah ini diyakini bertujuan menjaga daya tahan baterai tetap optimal dengan kapasitas yang tidak berubah.
Dengan kondisi tersebut, adopsi baterai Silicon-Carbon di smartphone Galaxy tampaknya masih harus menunggu. Jika tren dan tekanan pasar terus meningkat, bukan tidak mungkin Samsung baru akan membawa teknologi ini ke ponsel pintarnya pada tahun 2027 atau setelahnya.



