Tren

Sabalenka: “Saya Suka Menantang Diri Lawan Nick Kyrgios yang Gila” di ‘Battle of the Sexes’

DUBAI – Petenis putri peringkat satu dunia, Aryna Sabalenka, dan bintang tenis Australia, Nick Kyrgios, menyatakan antusiasme mereka menjelang laga ekshibisi bertajuk “Battle of the Sexes” yang akan digelar Minggu (28/12) sore waktu setempat di Coca-Cola Arena, Dubai. Pertandingan ini telah memicu perdebatan sengit di kancah tenis global, mempertanyakan esensi dan dampaknya terhadap kesetaraan gender dalam olahraga.

Sabalenka, peraih empat gelar Grand Slam, tidak menyembunyikan kegembiraannya menghadapi tantangan yang tidak terduga ini. “Acara ini sangat tidak terduga, dan saya benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi,” ujar Sabalenka.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

“Itulah yang saya sukai, karena perasaan inilah yang dikejar saat bermain olahraga—situasi yang tak terduga. Saya suka menantang diri sendiri. Bagi saya ini tantangan besar, apalagi melawan Nick, sosok yang tidak terduga dan ‘gila’,” tambahnya sambil tersenyum.

Lebih dari sekadar hiburan, Sabalenka melihat laga ini sebagai ajang pembuktian. “Ini latihan yang hebat untuk saya dan pesan yang kuat bagi para perempuan. Saya berharap mereka menonton dan melihat betapa kuat serta tangguhnya saya untuk berani menantang diri bermain melawan seorang pria,” tegasnya.

Perdebatan dan Bayang-bayang Sejarah

Duel antara Sabalenka dan Kyrgios dipandang sebagian kalangan sebagai hiburan semata, namun para pengkritik menilai ajang tersebut berisiko meremehkan tenis putri dan mengaburkan perjuangan panjang menuju kesetaraan gender dalam olahraga. Meski demikian, kedua pemain menegaskan tidak terlalu terpengaruh oleh pro dan kontra yang mengiringi pertandingan.

Ajang ini secara otomatis mengingatkan publik pada “Battle of the Sexes” legendaris tahun 1973. Kala itu, ikon tenis putri Billie Jean King berhasil mengalahkan Bobby Riggs, mantan juara Grand Slam berusia 55 tahun yang bersikeras menyatakan tenis putri lebih inferior dibanding tenis putra.

Namun, King baru-baru ini mengatakan kepada BBC bahwa laga di Dubai tidak memikul beban sejarah sebesar duel ikoniknya dengan Riggs. Pertandingannya kala itu, kata King, merupakan bagian dari perjuangan perubahan sosial di era budaya yang sangat berbeda.

Pandangan tersebut diamini oleh Sabalenka. “Mereka berjuang untuk hal yang berbeda. Kami berada di sini untuk membawa tenis ke level lain, menarik perhatian pada olahraga kami, dan membantu tenis berkembang,” jelasnya.

“Saya rasa perempuan sudah membuktikan bahwa kami layak setara. Besok, saya hanya ingin menunjukkan bahwa kami mampu memberikan perlawanan hebat melawan pria—dan tetap bersenang-senang,” lanjut Sabalenka.

Kolaborasi dan Kondisi Kyrgios

Di sisi lain, Nick Kyrgios menilai dunia olahraga membutuhkan lebih banyak kolaborasi seperti laga melawan Sabalenka. “Terlalu banyak perpecahan dan pertikaian, sementara kerja sama masih kurang,” ujarnya.

“Terlepas dari hasilnya, tentu saya ingin menang, saya rasa ini menunjukkan bahwa kita bisa melakukan hal-hal luar biasa bersama dalam olahraga,” tambah finalis Wimbledon tersebut.

Berbeda dengan Riggs yang telah pensiun saat menghadapi King, Kyrgios masih berstatus pemain aktif di tur ATP. Namun, ia kerap dibekap cedera dalam beberapa musim terakhir dan baru memainkan lima pertandingan tunggal profesional sepanjang tahun 2025.

Pertandingan ekshibisi ini akan dimainkan dengan format best-of-three sets, namun dengan sejumlah aturan modifikasi. Masing-masing pemain hanya mendapat satu servis, ukuran lapangan sedikit diperkecil untuk Sabalenka, serta tiebreak 10 poin jika laga harus ditentukan di set penentuan.

Mureks