Hiburan

Ratna Galih Ungkap Perjalanan Kemanusiaan di Sumatera dan Aceh: Mengubah Cara Pandang Hidup

Advertisement

Artis Ratna Galih membagikan pengalaman spiritual dan kemanusiaannya setelah terjun langsung sebagai relawan bencana alam di Sumatera dan Aceh. Perjalanan tersebut, diakuinya, meninggalkan kesan mendalam yang tak hanya menguji fisik, tetapi juga menjadi pengingat untuk terus bersyukur serta memaknai kembali tujuan hidup.

Ratna mengungkapkan, kunjungannya ke Aceh Tamiang merupakan kali kedua dalam rangkaian misi kemanusiaan pascabencana alam yang melanda wilayah tersebut. “Sebenarnya kemarin itu kalau yang ke Tamiang tuh yang kedua kalinya dalam rangkaian bencana kemarin. Jadi, yang pertama itu aku sebenarnya ke Sumbar,” ujar Ratna Galih saat ditemui di Studio Rumpi No Secret Trans TV, kemarin.

Misi Kemanusiaan Bersama Sahabat dan Komunitas

Keputusan Ratna untuk bertolak ke Sumatera Barat dilatarbelakangi oleh ajakan sang sahabat, Natasha Rizki, yang aktif membuka penggalangan dana bagi para korban. “Karena sahabat aku, Natasha Rizki kan memang aslinya orang Padang. Dan alhamdulillah, dia juga buat halaman penggalangan dana dan masyaallah itu donasinya banyak banget yang nitipin lewat Acha,” jelasnya.

Tak hanya berkolaborasi, Ratna Galih juga bergerak bersama komunitas yang ia dirikan, The Strong Ma’am Project. Mereka secara mandiri membuka penggalangan dana dan memutuskan untuk menyalurkan bantuan langsung ke lokasi terdampak. “Akhirnya karena mikir, sebenarnya spontan sih. Kita lagi ngopi aja, terus tiba-tiba kepikiran, ‘Eh kalau kita salurin langsung donasinya kayaknya lebih ahsan untuk para donatur’,” ungkap Ratna.

Bersama Natasha Rizki dan Dian Ayu, Ratna Galih memutuskan untuk melakukan perjalanan pulang-pergi ke Sumatera Barat. Setibanya di Malolo, Sumatera Barat, ia langsung tersentuh melihat kondisi para korban. “Dari kedatangan aku ke titik yang pertama itu ngerasa, ‘Ya Allah ujian mereka berat banget ya’. Walaupun mungkin gak bisa banyak bantu, tapi setidaknya support secara moral bahwa mereka tidak sendirian’,” tuturnya.

Perjuangan Menyalurkan Amanah Donatur

Pengalaman tersebut membekas begitu dalam, hingga Ratna Galih merasa belum tenang sebelum seluruh dana donasi tersalurkan. “Aku ngerasa gak bisa tidur nyenyak sebelum semua donasi ini tersalurkan,” katanya.

Advertisement

Kesempatan berikutnya datang saat Ratna Galih memiliki jeda jadwal kerja di Kuala Lumpur, sebelum melanjutkan penerbangan ke Melbourne. Ia memanfaatkan waktu singkat itu untuk terbang ke Aceh Tamiang, setelah berkoordinasi dengan para relawan di lapangan. “Aku nanya, ‘Ini possible gak untuk aku belanja dengan waktu yang sangat tipis?’ Akhirnya semuanya mengiyakan’,” ujarnya.

Meski serba spontan dan penuh tantangan, Ratna Galih bersyukur dapat tiba di lokasi dan menyalurkan bantuan secara langsung. “Walaupun gak pakai tidur, tapi aku mikir kalau gak datang juga, gue gak bisa tidur mikirin dana orang yang dititipin di aku’,” ucapnya.

Refleksi dan Makna Hidup

Lebih dari sekadar menyalurkan bantuan, Ratna Galih mengaku perjalanan kemanusiaan ini menjadi pengingat besar dalam hidupnya. Ia menjadi lebih bersyukur atas segala yang dimiliki. “Aku dikasih lihat kesempatan melihat langsung penderitaan saudara-saudara kita. Aku diingetin lagi sama Allah untuk bersyukur dan menata ulang tujuan hidup’,” katanya.

Ia juga menegaskan pentingnya memanfaatkan platform dan media sosial untuk tujuan yang lebih besar. “Aku ngerasa seharusnya kita bisa gunakan sosial media kita untuk menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat’,” pungkas Ratna Galih.

Advertisement