Hiburan

Perjalanan Tiga Tahun Keluarga Pengungsi Afghanistan Terekam Jujur Lewat Tiga Ponsel dalam ‘Midnight Traveler’

Film dokumenter Midnight Traveler (2019) menyajikan potret intim dan jujur tentang perjuangan sebuah keluarga pengungsi Afghanistan. Disutradarai oleh Hassan Fazili, film berdurasi 88 menit ini secara unik merekam perjalanan tiga tahun keluarga Fazili mencari suaka di Eropa, hanya dengan menggunakan tiga unit ponsel pintar.

Kisah ini berpusat pada Hassan Fazili, istrinya Fatima Hussaini, serta kedua putri mereka, Nargis Fazili dan Zahra Fazili. Seluruh narasi dalam film ini merupakan pengalaman nyata yang direkam langsung oleh para pelakunya, memberikan nuansa personal dan otentik yang mendalam.

Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.

Awal Mula Ancaman dan Pelarian

Sebelum terpaksa melarikan diri, Hassan Fazili dan Fatima Hussaini dikenal sebagai pembuat film otodidak yang juga mengelola Art Café and Restaurant di Kabul. Tempat tersebut menjadi ruang penting bagi pertemuan individu dengan pemikiran progresif, baik laki-laki maupun perempuan.

Namun, aktivitas mereka menarik perhatian pemimpin agama konservatif, yang berujung pada boikot dan penggerebekan polisi. Tekanan ini memaksa usaha mereka tutup. Situasi semakin memburuk setelah dokumenter karya Hassan Fazili tentang Mullah Tur Jan, seorang mantan komandan Taliban yang telah meninggalkan kelompoknya, ditayangkan di televisi nasional.

Tak lama setelah penayangan tersebut, Mullah Tur Jan dibunuh. Taliban kemudian menetapkan hadiah atas kepala Hassan Fazili, menempatkan seluruh keluarganya dalam bahaya besar.

Deportasi dan Perjalanan Tanpa Akhir

Dalam kondisi terancam, keluarga Fazili memutuskan untuk melarikan diri ke Tajikistan dan mengajukan permohonan suaka. Namun, setelah menanti selama 14 bulan, harapan mereka pupus ketika pemerintah Tajikistan mendeportasi mereka kembali ke Afghanistan.

Dari titik inilah, inti cerita Midnight Traveler benar-benar dimulai. Kamera ponsel merekam setiap momen ketakutan, kelelahan, dan harapan yang tersisa saat keluarga ini kembali melarikan diri. Mereka berpindah dari satu negara ke negara lain, menghadapi penolakan, keterbatasan sumber daya, serta ketidakpastian masa depan yang tak berujung.

Film ini tidak hanya menyoroti perjalanan fisik melintasi batas negara, tetapi juga eksplorasi mendalam terhadap perjalanan emosional sebuah keluarga yang terus diuji. Kehidupan sebagai pengungsi digambarkan dengan sangat intim, mulai dari momen kebahagiaan kecil bersama anak-anak hingga rasa putus asa ketika setiap pintu harapan tertutup.

Apresiasi Internasional

Midnight Traveler berhasil menarik perhatian dunia dan menuai banyak apresiasi internasional. Film ini meraih penghargaan Special Jury Award for No Borders di Sundance Film Festival 2019 serta penghargaan di Berlin International Film Festival.

Dokumenter ini menjadi pengingat kuat tentang kemanusiaan, ketahanan jiwa, dan makna sejati dari sebuah rumah di tengah krisis pengungsi global.

Mureks