JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau masyarakat, khususnya umat Islam, untuk tidak merayakan malam pergantian tahun 2026 dengan kegiatan hura-hura atau kemaksiatan. Ketua Umum MUI KH Anwar Iskandar menyarankan agar momentum tersebut diisi dengan doa bersama sebagai bentuk empati terhadap rentetan bencana alam yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia.
“Ini kita sedang prihatin, banyak musibah, tentu lebih baik berdoa. Kalau toh itu mau hiburan, hiburan yang terukur,” ujar Kiai Anwar. Pernyataan tersebut disampaikannya di sela-sela kegiatan Orientasi Pengurus MUI periode 2025-2030 di Hotel Sahid, Jakarta Pusat, pada Senin (29/12/2025).
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Kiai Anwar menjelaskan bahwa saat ini banyak saudara sebangsa di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh sedang berduka akibat musibah. Menurutnya, tidaklah elok jika malam pergantian tahun dirayakan dengan kemewahan di tengah suasana keprihatinan tersebut.
“Nah kalau tujuannya itu untuk agar lebih berhemat tentunya tidak usah (berlebihan), apalagi sekarang bangsa kita sedang prihatin,” tambahnya.
Terkait tradisi menyalakan kembang api atau pesta pora, Kiai Anwar secara khusus mengingatkan pemerintah daerah agar bijak dalam menggunakan anggaran negara. Ia menegaskan pentingnya menghindari pemborosan.
“Tidak sampai menghambur-hamburkan uang, apalagi pakai APBD dan APBN yang digunakan untuk hal-hal yang berlebihan,” tegas Kiai Anwar.
Lebih lanjut, Kiai Anwar menekankan bahwa momentum doa bersama di penghujung tahun memiliki peran krusial. Doa kolektif diharapkan menjadi perantara untuk memohon perlindungan dan keselamatan bagi masa depan bangsa Indonesia.
“Doa bersama di malam tahun baru sangat penting dalam rangka memohon kepada Allah SWT untuk diberikan keselamatan bangsa dan negara,” pungkasnya.
Korban Bencana Alam Capai 1.138 Jiwa
Imbauan MUI ini selaras dengan kondisi terkini pascabencana longsor dan banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah korban jiwa akibat bencana tersebut terus bertambah.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, pada Sabtu (27/12/2025), mengumumkan peningkatan jumlah korban. “Ada kenaikan jumlah korban jiwa menjadi 1.138. Doa dan simpati mendalam kami sampaikan kepada keluarga korban,” ujarnya.
Selain korban meninggal, Abdul Muhari juga menyebutkan bahwa sebanyak 163 orang masih dinyatakan hilang. Tim SAR di lapangan masih terus berupaya keras mencari keberadaan para korban tersebut.
Berdasarkan data terbaru dari BNPB, rincian dampak bencana di tiga provinsi tersebut adalah sebagai berikut:
- Di Aceh, tercatat 511 orang meninggal dunia, 31 orang hilang, dan 429.557 pengungsi.
- Di Sumatera Utara, terdapat 365 orang meninggal dunia, 60 orang hilang, dan 10.354 pengungsi.
- Sementara itu, di Sumatera Barat, tercatat 262 orang meninggal dunia, 72 orang hilang, dan 9.935 pengungsi.






