Olahraga

Mengenang ‘Gol Kematian’: Aturan Golden Goal yang Pernah Mengubah Drama dan Nasib di Lapangan Hijau

Advertisement

Dunia sepak bola pernah diwarnai sebuah aturan yang mampu menghentikan pertandingan seketika, hanya karena satu gol di babak tambahan. Dikenal sebagai Golden Goal atau Gol Emas, aturan ini kerap dijuluki “gol kematian” karena drama luar biasa yang ditimbulkannya. Sempat populer pada era 1990-an hingga awal 2000-an, aturan ini akhirnya dihapus permanen oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA).

Lantas, bagaimana aturan ini diberlakukan dan apa alasan di balik penghapusannya? Mari kita telusuri kembali sejarah dan dampak dari Golden Goal.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Apa Itu Golden Goal?

Secara sederhana, Golden Goal adalah ketentuan di mana tim yang berhasil mencetak gol pertama pada babak tambahan waktu (extra time) akan langsung dinyatakan sebagai pemenang. Dengan demikian, pertandingan akan dihentikan seketika, tanpa perlu menunggu sisa waktu babak tambahan berakhir. FIFA pertama kali memperkenalkan istilah ini pada tahun 1993 dalam ajang Piala Dunia Pemuda di Australia, sebelum kemudian diterapkan di level senior.

Momen Ikonik Golden Goal: Dari Jerman hingga Korea Selatan

Sepanjang masa penerapannya, Golden Goal telah melahirkan sejumlah momen tak terlupakan yang mengubah sejarah turnamen besar:

  • Euro 1996: Oliver Bierhoff mencetak Golden Goal pertama di turnamen besar, mengantarkan Jerman meraih gelar juara setelah mengalahkan Republik Ceko.
  • Piala Dunia 1998: Laurent Blanc menyelamatkan muka tuan rumah Prancis dengan gol emasnya saat menyingkirkan Paraguay di babak 16 besar.
  • Piala Dunia 2002: Edisi ini menjadi yang paling kontroversial. Senegal menyingkirkan Swedia berkat gol Henri Camara. Namun, momen paling dramatis terjadi ketika Ahn Jung-hwan mencetak Golden Goal untuk Korea Selatan yang menyingkirkan Italia. Gol tersebut bahkan berujung pada pemutusan kontrak Ahn oleh klub Italia-nya, Perugia.

Mengapa Golden Goal Akhirnya Dihapus?

Meski menjanjikan drama, FIFA mencatat beberapa dampak negatif yang justru menurunkan kualitas permainan. Salah satu alasannya adalah kecenderungan tim untuk bermain terlalu aman. Alih-alih menyerang, kedua tim justru memilih bermain sangat defensif karena takut kebobolan satu gol yang bisa langsung mengakhiri nasib mereka di turnamen.

Advertisement

Selain itu, tekanan terhadap wasit juga meningkat drastis. Kesalahan wasit dalam mensahkan gol menjadi sangat fatal, sebab tim lawan tidak memiliki kesempatan untuk membalas atau memperbaiki keadaan.

Sempat Ada Silver Goal Sebelum Dihapus Total

Untuk mengatasi kelemahan Golden Goal, Dewan Asosiasi Sepak Bola Internasional (IFAB) sempat mencoba aturan Silver Goal pada tahun 2003. Perbedaannya, jika gol tercipta di babak pertama extra time, pertandingan tetap dilanjutkan hingga babak tersebut berakhir. Jika tim yang mencetak gol masih unggul, mereka akan dinyatakan sebagai pemenang tanpa perlu melanjutkan ke babak kedua extra time.

Namun, aturan Silver Goal ini juga dianggap sama membingungkannya dan tidak efektif dalam meningkatkan kualitas permainan. Akhirnya, setelah gelaran Euro 2004, FIFA secara resmi menghapus kedua aturan tersebut. Sepak bola pun kembali ke format klasik, yakni babak tambahan penuh 2×15 menit, dan jika skor tetap imbang, dilanjutkan dengan adu penalti.

Perbandingan Aturan Penentuan Pemenang

AturanCara KerjaStatus Saat Ini
Golden GoalTim yang mencetak gol pertama, langsung menang.Dihapus (2004)
Silver GoalTim yang mencetak gol dan unggul di akhir babak tambahan pertama, langsung menang.Dihapus (2004)
Format KlasikLaga lanjut sampai 2×15 menit habis. Jika imbang, adu penalti.Berlaku
Advertisement
Mureks