Lapangan Desa Jangur, Kecamatan Sumberasih, Probolinggo, kembali diramaikan dengan gelaran tradisi Kerapan Sapeh Sakak. Acara yang melibatkan adu kecepatan sapi membajak sawah ini sukses menarik perhatian ratusan warga pada Sabtu, 27 Desember 2025, sekaligus menjadi ajang silaturahmi bagi para petani.
Sebanyak 34 pasang sapi dari berbagai wilayah di Kota dan Kabupaten Probolinggo turut serta dalam kompetisi yang memadukan unsur budaya, olahraga tradisional, dan kearifan lokal ini. Kerapan Sapeh Sakak bukan sekadar perlombaan, melainkan juga penanda datangnya musim tanam atau yang dikenal masyarakat setempat sebagai “musim saka”.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Dampak Positif bagi Petani dan UMKM
Kepala Desa Jangur, Lotfi, menegaskan bahwa kegiatan ini membawa dampak sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat. “Ya sekali lagi saya menyampaikan bahwasannya kegiatan ini adalah kegiatan yang sangat positif, di mana menambah alur silaturahmi antarpetani karena memang ini musim saka. Sekarang ini musim saka,” ujar Lotfi.
Selain mempererat tali persaudaraan antarpetani, Kerapan Sapeh Sakak juga terbukti mampu menggerakkan roda perekonomian desa. Lotfi menambahkan, “Event ini juga menambah penghasilan UMKM yang ada di sini. Nampaknya sangat positif, beberapa teman kami sekitar ada 85 UMKM Desa Jangur yang bisa berjualan di sini.”
Melihat potensi besar ini, Lotfi berharap pemerintah kabupaten dapat memberikan dukungan penuh agar Kerapan Sapeh Sakak dapat menjadi agenda tahunan. Ia meyakini, “Saya berharap kegiatan ini pemerintah kabupaten men-support untuk menjadikan event ini event tetap tahunan, karena wilayah Sumberasih khususnya Desa Jangur ini merupakan jalur kawasan wisata ke arah Gunung Bromo. Sangat mungkin nantinya disinggahi oleh para wisatawan.”
Antusiasme Penonton dan Rahasia Kemenangan
Antusiasme tidak hanya datang dari peserta, tetapi juga dari para penonton. Oktavia, warga Kelurahan Kanigaran, Kota Probolinggo, sengaja datang bersama keluarganya untuk menyaksikan tradisi unik ini. “Ini kerapan sapeh sakak atau sapi bajak. Kami melihat sama suami, anak, adik, dan keluarga. Kerapan sapeh sakak ini pestanya para petani, kebetulan ada keluarga yang ikut lomba di sini,” tuturnya.
Bagi Oktavia dan keluarganya, acara ini menjadi hiburan sekaligus sarana liburan yang terjangkau. “Tidak takut panas karena sekalian liburan. Ini liburan murah dan gratis. Semoga tahun depan ada lagi lomba seperti ini,” harapnya.
Salah satu peserta, Samsul, membagikan rahasia di balik performa prima sapi-sapinya. Ia rutin memberikan jamu khusus yang terdiri dari telur dan kunci. “Biasanya sekitar 30 butir telur, satu hari bisa 20 butir telur,” ungkap Samsul.
Perawatan ekstra tersebut membuahkan hasil manis. Pasangan sapi miliknya, Geriduh dan Kelpang, yang berasal dari Kelurahan Kanigaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, berhasil meraih kemenangan. “Tadi hasilnya menang dua kali,” ujarnya bangga.
Dengan tingginya partisipasi dan antusiasme, Kerapan Sapeh Sakak di Desa Jangur tidak hanya menjadi ajang perlombaan semata, melainkan juga simbol pelestarian budaya, penguatan ekonomi lokal, serta penyambutan musim tanam yang penuh makna bagi para petani di Probolinggo.






