Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO) memprediksi sektor kesehatan dan manufaktur akan menjadi pendorong utama penggunaan pusat data berbasis kecerdasan buatan (AI) pada tahun 2026. Proyeksi ini sejalan dengan meningkatnya adopsi AI secara masif di berbagai sektor, baik swasta maupun publik, yang pada akhirnya akan memicu lonjakan kebutuhan kapasitas pusat data di Indonesia.
Ketua IDPRO, Hendra Suryakusuma, menjelaskan bahwa pemanfaatan pusat data di sektor kesehatan akan mendukung pengembangan healthtech dan bioinformatika. Selain itu, sektor keuangan dan perbankan melalui fintech, serta e-commerce dan ritel digital, juga akan berkontribusi signifikan.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
“Selain itu, pemerintahan dan pelayanan publik khususnya Smart City & e-Government, hingga industri manufaktur dan logistik melalui otomatisasi dan predictive analytics,” kata Hendra kepada Bisnis, Rabu (31/12/2025).
IDPRO memperkirakan kebutuhan kapasitas pusat data di Indonesia pada tahun 2026 akan tumbuh sekitar 35%–45% dibandingkan tahun 2025. Peningkatan ini didorong oleh pemanfaatan AI generatif, otomatisasi industri, serta kebutuhan pengolahan data secara real-time.
Secara lebih spesifik, Hendra menyebut kebutuhan kapasitas listrik (power demand) industri pusat data diprediksi meningkat hingga 300–400 megawatt (MW) dalam satu hingga dua tahun ke depan. Kenaikan ini didorong oleh permintaan hyperscale dan edge data center yang mendukung aplikasi AI.
Berdasarkan data resmi PT PLN (Persero), kapasitas industri pusat data di Indonesia pada tahun 2030 diperkirakan mencapai 2,3 gigawatt (GW). Namun, Hendra menilai proyeksi tersebut belum sepenuhnya memasukkan faktor penggunaan AI, khususnya server berbasis GPU yang membutuhkan daya per rak (power per rack) sangat besar, bahkan dapat mencapai 135 kilowatt (kW) untuk GPU GB200.
AI membutuhkan infrastruktur dengan kinerja komputasi tinggi (high performance computing/HPC), latensi rendah, serta kapasitas penyimpanan data berskala besar, terutama untuk keperluan pelatihan (training) model. Hendra menambahkan, infrastruktur pusat data nasional terus berkembang dan menunjukkan kesiapan untuk menopang beban kerja AI, terutama dengan masuknya investor dan operator global serta ekspansi pemain lokal.
“Beberapa anggota IDPRO juga sedang membangun AI ready data center,” ujar Hendra.
Di sisi lain, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mendorong pelaku industri dan pemerhati AI untuk memusatkan pengembangan teknologi tersebut pada 10 sektor prioritas. Sektor-sektor ini telah dirumuskan dalam rancangan peta jalan AI nasional, meliputi ketahanan pangan; kesehatan; pendidikan; ekonomi dan keuangan; reformasi birokrasi; politik, hukum, dan keamanan; energi, sumber daya, dan lingkungan; perumahan; transportasi, logistik, dan infrastruktur; serta ekonomi kreatif.
Menurut Meutya, pemilihan sektor tersebut bertujuan agar pengembangan AI di Indonesia memiliki arah yang jelas dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.
“Kami sarankan untuk fokus kepada 10 bidang ini dalam pembangunan-pembangunan awal AI di Indonesia,” kata Meutya dalam acara Kumparan AI for Indonesia di Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Meutya sebelumnya menyampaikan bahwa peta jalan kecerdasan buatan nasional ditargetkan meluncur pada awal 2026 dan akan berbentuk Peraturan Presiden (Perpres).
“Insya Allah tahun 2026 Perpres peta jalan ini sudah bisa keluar dan juga bisa menjadi guidance bagi kita semua,” ujarnya.






