Perselisihan antara Liverpool dan bintangnya, Mohamed Salah, semakin memanas. Mantan bek legendaris The Reds, Jamie Carragher, melontarkan kritik tajam, menyebut sikap pemain asal Mesir itu ‘memalukan’.
Performa Salah musim ini memang menunjukkan penurunan. Dari 19 pertandingan di semua kompetisi, ia hanya mampu mencetak lima gol dan tiga assist. Kondisi ini berujung pada keputusan manajer Arne Slot yang mulai mencadangkan Salah dalam tiga pertandingan terakhir.
Dapatkan berita menarik lainnya di mureks.co.id.
Dalam periode tersebut, Salah hanya bermain selama satu babak penuh dalam satu laga, yakni saat Liverpool ditahan imbang 1-1 melawan Sunderland. Ia bahkan tidak diturunkan saat Liverpool bermain imbang 3-3 melawan Leeds United.
Tak lama setelah laga tersebut, Salah memberikan wawancara kontroversial. Ia merasa menjadi kambing hitam atas performa Liverpool yang dianggap tidak maksimal. Lebih lanjut, Salah mengungkapkan hubungannya dengan manajer Arne Slot tidak berjalan baik. Ia juga mengisyaratkan kemungkinan besar telah memainkan pertandingan terakhirnya untuk klub berjuluk Si Merah tersebut.
Kritik Pedas dari Jamie Carragher
Manuver kontroversial Salah ini tak luput dari pengamatan Jamie Carragher. Eks bek Liverpool itu menilai sikap Salah jauh dari sekadar luapan emosi biasa.
“Saya pikir itu memalukan. Beberapa orang menggambarkannya sebagai luapan emosi, saya rasa tidak,” ujar Carragher, seperti dilaporkan oleh TalkSport.
Carragher menduga ada agenda tersembunyi di balik tindakan Salah. “Saat Salah berhenti di mixed zone, yang sudah dia lakukan empat kali dalam delapan tahun, itu sudah diatur oleh dia dan agennya untuk menyebabkan kerusakan maksimal dan memperkuat posisinya sendiri.”
Ia membandingkan situasi ini dengan kejadian serupa setahun lalu. “Dia melakukannya 12 bulan lalu dan saya menegurnya di acara itu. Dia memanfaatkan hati para pendukung Liverpool. Liverpool ada di puncak klasemen, dia mencetak gol kemenangan di Southampton.”
Menurut Carragher, momen yang tepat untuk menekan manajemen klub adalah ketika tim sedang dalam performa terbaik, bukan saat sedang terpuruk. “Itulah saat untuk keluar dan memberi tekanan pada pemilik Liverpool, jadi sisa musim Anda akan melihat spanduk bertuliskan ‘beri Mo uang yang menjadi haknya’,” pungkasnya.






