Pergerakan pasar mobil bekas kini semakin dipengaruhi oleh kehadiran kendaraan listrik (EV). Meski permintaan untuk model-model tertentu meningkat, depresiasi mobil listrik dinilai masih jauh lebih dalam dibanding mobil bensin.
Hal ini diungkapkan pemilik diler Focus Motor di Jakarta, Agus, yang mengatakan bahwa penjualan mobil listrik bekas di tokonya justru menunjukkan tren positif. Beberapa model tetap laris, mulai dari Wuling Air EV, Binguo, hingga BYD. Untuk segmen premium, Hyundai Ioniq 5, BMW i4, i5, hingga i7 disebut menjadi produk yang perputarannya cepat.
“Di Focus Motor, mobil listrik itu enggak ada masalah. Malah penjualannya naik,” ujar Agus kepada Kompas.com, Jumat (5/12/2025).
Meski begitu, Agus menegaskan bahwa tingkat penyusutan harga mobil listrik jauh lebih besar dibanding mobil bensin. Menurut dia, depresiasi EV bisa mencapai 20–30 persen hanya dalam waktu singkat.
“Kalau mobil listrik, biasanya depresiasinya 20-30 persen. Kalau mobil bensin, paling 10 persen,” ucapnya.
Ia mencontohkan Ioniq 5 yang saat awal peluncuran dijual sekitar Rp 1,050 miliar, kini banderol bekasnya berada di kisaran Rp 400 juta – Rp 500 juta. Kekhawatiran calon pembeli terhadap daya tahan baterai serta harga jual kembali disebut menjadi faktor terbesar mengapa penurunan EV lebih tajam.
“Calon konsumen takut sama baterainya dan harga jual bekasnya. Di situ saja sebenarnya,” kata Agus.
Meskipun demikian, ia menambahkan bahwa unit yang ia jual tetap laku karena sudah melalui proses pengecekan internal.
Penurunan Ekstrem Mobil Listrik
Pandangan serupa juga disampaikan Andi Supriyadi, pemilik Rendani Mobil. Menurut dia, penurunan harga mobil listrik pada tahun-tahun awal bisa jauh lebih ekstrem dibanding mobil bermesin bensin.
“Penurunannya lebih banyak, apalagi kalau kilometernya sudah banyak. Kisaran 40 persen hanya untuk tahun awal,” ujar Andi.
Sebaliknya, mobil diesel justru menunjukkan ketahanan harga yang kuat. Agus mengatakan permintaan Fortuner dan Innova diesel cukup stabil karena pembelinya banyak berasal dari daerah yang masih sangat bergantung pada bahan bakar solar.
“Diesel itu bertahan banget. Lebih mahal daripada bensin,” ucapnya.
Dengan kondisi pasar seperti ini, pelaku usaha menilai konsumen perlu mempertimbangkan faktor depresiasi sebelum membeli mobil listrik, terutama jika berniat menjual kembali dalam waktu dekat. Meski di beberapa diler penjualannya meningkat, perbedaan nilai susut antara EV dan mobil bensin masih menjadi jurang yang cukup lebar di pasar mobil bekas.






