Lifestyle

Dari Takwa hingga Rezeki Tak Terduga: Memahami ‘Yaj’al Lahu Makhrajan’ dan Kisah Ayat Seribu Dinar

Advertisement

Potongan ayat Al-Qur’an Surah At-Talaq ayat 2-3, khususnya frasa “Yaj’al Lahu Makhrajan”, sering dikutip sebagai penguat hati dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Ayat ini menjadi salah satu dalil utama yang menekankan pentingnya takwa dalam setiap keadaan.

Kedua ayat ini juga dikenal luas dengan sebutan Ayat Seribu Dinar, merujuk pada keutamaan yang diyakini dapat diperoleh bila seseorang mengamalkannya. Makna mendalam dari “Yaj’al Lahu Makhrajan” dan kisah di balik Ayat Seribu Dinar menjadi penjelas tentang janji Allah SWT bagi hamba-Nya yang bertakwa.

Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!

Makna Surah At-Talaq Ayat 2-3

Dalam Surah At-Talaq ayat 2-3, takwa dikaitkan langsung dengan janji Allah SWT berupa jalan keluar dari kesulitan dan rezeki yang datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Berikut adalah bacaan dan artinya:

فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ فَارِقُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ وَّاَشْهِدُوْا ذَوَيْ عَدْلٍ مِّنْكُمْ وَاَقِيْمُوا الشَّهَادَةَ لِلّٰهِ ۗذٰلِكُمْ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ەۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ

Latin: Fa iżā balagna ajalahunna fa amsikūhunna bima’rūfin au fāriqūhunna bima’rūfiw wa asyhidū żawai ‘adlim minkum wa aqīmusy-syahādata lillāh(i), żālikum yū’aẓu bihī man kāna yu’minu billāhi wal-yaumil-ākhir(i), wa may yattaqillāha yaj’al lahū makhrajā(n).

Artinya: “Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, rujuklah dengan mereka secara baik atau lepaskanlah mereka secara baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil dari kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Yang demikian itu dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.” (Aṭ-Ṭalāq: 2)

Berdasarkan Tafsir Ringkas Kemenag, Surah At-Talaq ayat 2 menjelaskan ketentuan Allah terkait rujuk dan talak yang harus dilakukan secara baik, adil, dan disertai kesaksian yang jujur. Ketentuan ini menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir agar senantiasa menaati aturan-Nya. Pada akhir ayat ditegaskan bahwa barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan membukakan jalan keluar baginya dari berbagai kesulitan.

Makna “yaj’al lahu makhrajan” pada ayat di atas berkaitan dengan sikap takwa dalam menjalankan seluruh perintah Allah, termasuk dalam urusan rumah tangga seperti rujuk dan talak. Orang yang mematuhi ketentuan Allah dengan penuh ketakwaan akan diberikan jalan keluar dari kesempitan dan persoalan yang dihadapinya.

Selanjutnya pada ayat 3, Allah menjanjikan bahwa orang yang bertakwa tidak hanya diberikan jalan keluar, tetapi juga diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Berikut bacaannya:

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Latin: Wa yarzuqhu min ḥaiṡu lā yaḥtasib(u), wa may yatawakkal ‘alallāhi fa huwa ḥasbuh(ū), innallāha bāligu amrih(ī), qad ja’alallāhu likulli syai’in qadrā(n).

Artinya: “dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (Aṭ-Ṭalāq: 3)

Menurut Tafsir Ringkas Kemenag, rezeki tersebut mencakup kebutuhan lahir maupun batin. Allah juga menegaskan bahwa barang siapa bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan mencukupkan segala keperluannya, karena Allahlah yang menyempurnakan setiap urusan dengan ketetapan dan hikmah-Nya.

Advertisement

Tawakal harus didahului dengan usaha dan ikhtiar, bukan sikap pasrah tanpa tindakan. Setelah seseorang berusaha secara sungguh-sungguh dan menaati perintah Allah, barulah ia menyerahkan hasilnya kepada Allah. Dengan demikian, janji jalan keluar dan rezeki dalam ayat ini berlaku bagi orang yang memadukan ketakwaan, ketaatan, usaha, dan tawakal.

Makna “yaj’al lahu makhrajan” tidak terbatas pada satu bentuk pertolongan, melainkan mencakup kelapangan dari kesulitan, solusi atas berbagai persoalan hidup, serta kecukupan rezeki sebagai balasan bagi orang yang bertakwa dan berserah diri kepada Allah sesuai dengan ketentuan-Nya. Janji tersebut menegaskan bahwa takwa memiliki implikasi langsung dalam kehidupan seorang mukmin, baik dalam urusan spiritual maupun sosial.

Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam buku Republik Bohong karya AM. Waskito yang menyebutkan bahwa paling tidak terdapat tiga faedah utama dari takwa seperti yang tertera dalam kandungan “yaj’al lahu makhrajan”, yaitu dibukakannya jalan keluar dari kesulitan, datangnya rezeki dari berbagai arah, dan dimudahkannya segala urusan. Dengan takwa yang terwujud dalam amal nyata, kehidupan seorang muslim diarahkan menuju kesejahteraan dan dijauhkan dari berbagai bentuk kesempitan hidup.

Bacaan Ayat Seribu Dinar

Dalam praktik keagamaan di masyarakat, potongan Surah At-Talaq ayat 2-3 yang memuat lafaz “yaj’al lahu makhrajan” dan “wa yarzuqhu min haitsu la yahtasib” dikenal luas dengan sebutan Ayat Seribu Dinar. Ayat ini diyakini mengandung janji Allah tentang jalan keluar dan kecukupan rezeki bagi orang yang bertakwa. Berikut bacaannya:

وَمَنْ يُتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا ٢ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُّ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Latin: Wa may yattaqillāha yaj’al lahu makhrajā wa yarzuq-hu min haisu lā yahtasib, wa may yatawakkal ‘alallāhi fa huwa hasbuh, innallāha bāligu amrih, qad ja’alallāhu likulli syai`ing qadrā.

Artinya: “Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At-Talaq:2-3)

Asal Mula Ayat Seribu Dinar

Penamaan Ayat Seribu Dinar dinukil dari sebuah kisah yang bermula dari pengalaman spiritual seorang pedagang kaya. Kisah ini sebagaimana diceritakan dalam buku Rahasia Keajaiban Ayat-ayat Seribu Dinar: Bikin Orang Jadi Kaya karya Imam al-Ghazali.

Dalam mimpinya, pedagang tersebut didatangi oleh Nabi Khidir AS, sosok yang dikenal sebagai hamba Allah yang saleh dan pembawa petunjuk bagi orang-orang pilihan. Nabi Khidir AS meminta sang pedagang untuk bersedekah sebesar seribu dinar emas kepada fakir miskin. Tanpa ragu dan dengan penuh keikhlasan, pedagang itu segera melaksanakan perintah tersebut.

Beberapa waktu kemudian, Nabi Khidir AS kembali hadir dalam mimpi sang pedagang. Kali ini, beliau menasihatinya agar senantiasa mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai bentuk perlindungan dan penjagaan dari berbagai bahaya.

Pada suatu perjalanan laut menuju negeri seberang, kapal yang ditumpangi pedagang tersebut mengalami kecelakaan hingga hancur. Meski demikian, ia menjadi satu-satunya penumpang yang selamat, bahkan seluruh harta yang dibawanya tetap terjaga. Ia kemudian terdampar di sebuah wilayah asing dan, atas kehendak Allah SWT, akhirnya diangkat menjadi raja di negeri tersebut.

Dari peristiwa inilah muncul istilah Ayat Seribu Dinar, yang merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an yang diamalkan oleh sang pedagang dan diyakini membawa keberkahan serta pertolongan Allah SWT. Ayat-ayat tersebut diyakini mampu memberikan jalan keluar dari kesulitan, mendatangkan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka, serta mencukupi kebutuhan hidup. Ayat yang paling dikenal dalam amalan ini adalah potongan dari Surah At-Talaq ayat 2-3, yang hingga kini masyhur di kalangan umat Islam sebagai Ayat Seribu Dinar.

Advertisement
Mureks