Ketakutan akan gelombang pengangguran akibat adopsi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi di sektor manufaktur ternyata tidak terbukti di lapangan. Sebuah laporan industri terbaru justru menunjukkan bahwa teknologi ini menjadi katalisator super yang memberdayakan tenaga kerja, memungkinkan manusia bekerja lebih efektif dari sebelumnya.
Laporan bertajuk Elevating Manufacturing Value, yang dirilis oleh Zebra Technologies dan Oxford Economics, mengungkapkan data mengejutkan. Produsen yang berhasil mengoptimalkan alur kerja mereka secara signifikan dalam dua tahun terakhir mencatat rata-rata peningkatan produktivitas karyawan sebesar 19%. Angka ini secara tegas membantah narasi bahwa teknologi semata-mata bertujuan menggantikan peran manusia.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Operasi Cerdas: Kolaborasi Manusia dan Mesin
Laporan tersebut mendefinisikan “operasi cerdas” sebagai integrasi teknologi canggih seperti AI, otomatisasi, dan data dengan keahlian manusia untuk mengoptimalkan proses bisnis. Pendekatan ini menekankan kolaborasi erat antara manusia dan mesin, bukan substitusi total.
Faktanya, hanya sebagian kecil produsen yang memandang otomatisasi sebagai cara untuk menyingkirkan tenaga kerja manusia. Survei menunjukkan, hanya 11% responden yang fokus pada penggunaan robotika atau mesin untuk melakukan tugas fisik yang sebelumnya dikerjakan manusia.
Sebaliknya, sekitar 4 dari 10 organisasi mendefinisikan otomatisasi sebagai penggunaan perangkat lunak dan alat digital untuk merampingkan alur kerja serta menghilangkan tugas-tugas manual yang repetitif. Sementara itu, sepertiga lainnya melihatnya sebagai integrasi analitik canggih dan AI/Machine Learning untuk mengoptimalkan pengambilan keputusan dan kinerja operasional.
AI sebagai Asisten Cerdas di Lini Produksi
Contoh nyata bagaimana teknologi mendampingi pekerja terlihat dalam penggunaan sistem visual cerdas. Seorang direktur transformasi manufaktur di sebuah perusahaan otomotif Eropa menjelaskan implementasi kamera canggih yang dikenakan langsung di kepala operator di lini produksi.
“Kamera tersebut mengawasi apa yang dilakukan operator dan mengevaluasi, dengan bantuan sistem AI, bahwa sambungan dilakukan dengan benar,” jelas direktur tersebut.
Teknologi ini tidak mengambil alih pekerjaan operator, melainkan berfungsi sebagai asisten cerdas yang membantu mencegah kesalahan. Kesalahan tersebut, jika tidak terdeteksi, dapat menyebabkan perbaikan berjam-jam di kemudian hari. Hasilnya adalah pekerja yang lebih akurat, efisien, dan terhindar dari risiko kesalahan fatal.
Investasi Besar untuk Produktivitas
Kesadaran bahwa teknologi adalah kunci produktivitas mendorong investasi besar-besaran di sektor ini. Produsen melaporkan bahwa mereka mengalokasikan rata-rata 69% dari anggaran TI mereka untuk perangkat, perangkat lunak, dan teknologi lain yang digunakan untuk mengotomatisasi alur kerja.
Bagi pekerja di lantai pabrik, investasi ini berarti akses ke alat yang lebih baik, mulai dari komputer seluler hingga sensor RFID. Alat-alat ini mengurangi beban administrasi manual dan memungkinkan mereka fokus pada tugas-tugas bernilai tinggi. Dengan demikian, operasi cerdas terbukti bukan ancaman bagi keberadaan tenaga kerja, melainkan fondasi bagi lingkungan kerja yang lebih produktif dan efisien di masa depan.






