Upaya Amerika Serikat (AS) memblokir akses China terhadap chip kecerdasan buatan (AI) mutakhir dilaporkan gagal mencapai tujuan. Kebijakan tersebut justru mendorong China untuk semakin mandiri dan menarik lebih banyak investasi global.
Menurut laporan Reuters pada Jumat, 26 Desember 2025, investor global kini mengalihkan modal lebih besar ke perusahaan teknologi China. Pergeseran ini dipicu oleh kekhawatiran akan potensi ‘gelembung’ AI di Wall Street yang dikhawatirkan akan pecah.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Meskipun kemampuan AI perusahaan teknologi China masih sedikit tertinggal dari AS, para investor tidak lagi menganggapnya sebagai sekadar ‘Rencana B’. Laporan Reuters menyoroti peningkatan permintaan saham teknologi China didorong oleh ambisi pemerintah Beijing untuk mencapai kemandirian teknologi penuh.
Awal bulan ini, UBS Global Wealth Management memberikan peringkat ‘paling menarik’ bagi sektor teknologi China, menjadikannya peringkat tertinggi dalam penilaian kelas aset global mereka. Peneliti UBS mencatat bahwa para penyandang dana teknologi tertarik oleh dukungan kebijakan yang kuat dari pemerintah China, kemandirian teknologi, serta monetisasi AI yang cepat.
“Sektor teknologi China meningkatkan inovasi secara besar-besaran pada tahun 2025, dengan kemajuan signifikan di seluruh rantai nilai AI. Model AI baru China telah menunjukkan kepemimpinan teknologi, dan kebijakan yang suportif memperkuat ketahanan ekosistemnya,” tulis laporan UBS yang dikutip dari Futurism.
Firma investasi institusional asal Inggris, Ruffer, mulai meningkatkan investasinya di raksasa teknologi China seperti Alibaba. Pada saat yang sama, mereka secara strategis membatasi eksposur terhadap raksasa teknologi papan atas AS.
“Meski AS tetap menjadi pemimpin dalam AI garis depan, China cepat memperkecil jarak. Celah keunggulannya mungkin tak selebar atau sedalam yang dipikirkan banyak orang. Lanskap kompetitif sedang bergeser,” ujar Gemma Cairns-Smith, spesialis investasi di Ruffer.
Perubahan sikap ini terjadi setelah bertahun-tahun kebijakan perdagangan anti-China yang diterapkan oleh Presiden Joe Biden dan Donald Trump. Upaya untuk membatasi akses perusahaan teknologi China terhadap chip AI buatan Nvidia mencapai puncaknya selama masa pemerintahan kedua Trump.
Pada April lalu, Trump memberlakukan pembatasan perdagangan baru untuk penjualan chip AI Nvidia tertentu ke China, termasuk chip H20 yang sebelumnya telah diturunkan performanya oleh Nvidia khusus untuk pasar China demi mematuhi tuntutan hukum AS. China membalas dengan melarang perusahaan teknologi papan atas mereka mengimpor chip Nvidia, memberikan dorongan signifikan bagi produsen chip domestik.
Meskipun Trump membatalkan keputusan terkait chip H20 pada awal Desember, kerusakannya mungkin sudah terjadi. China kini diprediksi akan semakin kuat dalam industri chip dan AI.





