Sungai Rupit Berangsur Jernih

oleh
oleh

MURATARA-Pasca penggerbekan tambang ilegal di aliran Sungai Tiku, Desa Muara Tiku, Kecamatan Karang Jaya, Kabupaten Muratara. Air Sungai Rupit berangsur jernih. Jumat (9/7) sekitar pukul 16.00 Wib, perubahan warna air sungai dari sebelumnya sudah terlihat jelas.

“Sekarang sungai sudah mulai idak pekat nian, tapi masih coklat. Mungkin masih banyak yang dompeng di Tiku, soalnyo warno sungai masih coklat. Kito minta petugas dengan pemerintah terus brantas dompeng luar itu sampai habis,” kata Latif, salah seorang warga kepada Musirawas Ekspres.

Senada disampaikan Desi ibu rumah tangga di Kelurahan Rupit mengatakan, ia sangat memberikan apresiasi yang tinggi pada Pemerintah Kabupaten Muratara dan Polres Muratara dengan melakukan pentutupan penambangan emas ilegal di Kabupaten Muratara.

“Kerja ini memberikan dampak positif dan baik bagi masyarakat Muratara dengan mencegahnya pencemaran lingkungan,” kata dia.

Ketua Lembaga Pecinta Peduli Aliran Sungai (LPPAS) Muratara Samsul menuturkan, pihaknya akan terus melakukan monitoring aliran sungai di Muratara. “Untuk di Sungai Tiku ada 113 titik, kemarin hanya tersentuh 10 titik, target kita kemarin penindakan di 80 titik, tapi karena keterbatasan transportasi dan waktu, jadi tidak bisa dilaksanakan sekaligus,” ungkapnya.

Menurutnya, dalam waktu dekat tim gabungan akan masuk kembali ke Sungai Tiku untuk melakukan pebertiban, dengan persiapan yang matang ditransportasi dan lainnya. “Kita juga akan masuk ke sungai minak di sana ada sekitar 30 titik aktivitas dompeng,” timpalnya.

Sementara itu, Kapolres Muratara AKBP Eko Sumaryanto mengatakan, untuk kedepannya pihaknya bersama TNI dan Pemerintah Daerah akan terus melakukan sosialisasi dan penindakan persuasif terhadap aktivitas tambang liar di Muratara.

“Tentunya ke depan kami bersama sama dari TNI, Polri dan Pemerint akan terus melakukan monitoring. Tambang liar ini lebih banyak mudharatnya, karena bikin lingkungan rusak dan masyarakat lain terganggu,” katanya.

Dia berharap masyarakat tidak lagi melakukan penambangan liar, yang mengakibatkan kondisi aliran sungai dan ekosistemnya tergangganggu. “Yang gunakan sungai ini banyak tidak hanya masyarakat di Muara Tiku saja. Jadi ayolah sama sama kuta menjaga sungai, karena ini yang akan kita wariskan ke generasi berikutnya,” tutupnya.(fei/jul)