Keterbatasan fisik seringkali memicu inovasi dalam mencari solusi. Hal inilah yang dialami seorang penulis yang harus beradaptasi setelah mengalami cedera patah lengan kiri cukup serius, mengharuskan penggunaan gips dalam jangka waktu lama. Kondisi ini secara signifikan menghambat kemampuan mengetik dengan dua tangan, memaksa penggunaan satu tangan kanan yang terasa lambat dan tidak efisien.
Untuk mengatasi kendala tersebut, penulis memutuskan untuk menjajal aplikasi perekam suara bawaan pada tiga ponsel flagship terkemuka: iPhone 17, Google Pixel 10 Pro, dan Samsung Galaxy S25 Plus. Eksperimen ini bertujuan untuk mengidentifikasi aplikasi mana yang menawarkan fitur transkripsi paling akurat dan efisien, sebagai alternatif mengetik manual.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Metodologi Pengujian Akurasi Transkripsi
Agar hasil uji coba lebih objektif, proses dikte tidak dilakukan secara spontan yang cenderung memiliki banyak jeda dan pengulangan kata. Sebagai gantinya, penulis membacakan dengan lantang sebuah artikel opini yang telah ditulis sebelumnya, membahas tentang perangkat OnePlus 15R. Ketiga aplikasi perekam suara diaktifkan secara bersamaan untuk memastikan input audio yang identik. Pengujian dilakukan sebanyak tiga kali untuk mendapatkan hasil terbaik dan meminimalisir variasi.
Setelah proses perekaman selesai, fitur transkripsi pada masing-masing aplikasi dimanfaatkan. Teks hasil transkripsi kemudian diekspor ke aplikasi pengolah kata untuk analisis mendalam, guna membandingkan tingkat kesalahan dan akurasi yang dihasilkan.
Kemudahan Penggunaan Aplikasi Perekam Suara
Secara umum, proses perekaman di ketiga aplikasi cukup serupa: pengguna cukup menekan tombol rekam, berbicara, lalu menghentikan rekaman. Namun, terdapat perbedaan kecil. Samsung Galaxy S25 Plus menyediakan opsi pause dan stop, sementara iPhone dan Pixel hanya memiliki tombol stop.
Google Recorder menonjol dengan fitur terjemahan langsung secara live dan pilihan tampilan waveform audio, yang tidak ditemukan pada dua pesaingnya. Dalam hal pengelolaan hasil rekaman, Google secara otomatis menamai file berdasarkan tanggal dan waktu, iPhone menggunakan lokasi sebagai judul, sedangkan Galaxy menggunakan deretan angka acak.
Untuk pengeditan transkrip, Pixel menjadi yang paling mudah karena memungkinkan koreksi kata langsung dalam aplikasi. Meskipun demikian, perbaikan tanda baca masih memerlukan bantuan aplikasi pengolah kata lain. iPhone hanya mendukung pemotongan audio, sementara Galaxy menyertakan fitur pengeditan teks internal, namun terasa lebih rumit dalam penggunaannya.
Perbandingan Akurasi Transkripsi
Dari segi kesalahan transkripsi, Apple Voice Memos pada iPhone 17 memberikan hasil teks paling rapi dan akurat. Meskipun demikian, aplikasi ini masih menunjukkan kesulitan dalam mengenali nama produk non-Apple seperti “OnePlus 15R”, yang seringkali tertulis dengan variasi berbeda. Kesalahan tanda baca jarang sekali ditemukan.
Google Pixel 10 Pro menunjukkan performa yang baik dalam mengenali nama produk dan subjudul. Namun, beberapa kesalahan muncul pada penulisan harga, misalnya “649 dollars” alih-alih “$649”, serta bentuk kepemilikan yang keliru, seperti “OnePlus 15R is” menggantikan “OnePlus 15R’s.”
Samsung Galaxy S25 Plus justru menampilkan jumlah kesalahan transkripsi paling banyak. Ini mencakup fragmentasi kalimat, penempatan titik paragraf yang tidak tepat, dan kesalahan penulisan nama produk. Aplikasi ini juga secara konsisten menambahkan label “Speaker 1” meskipun hanya ada satu narator, yang dapat mempersulit proses penyuntingan.
Pengalaman dan Rekomendasi Penulis
Berdasarkan pengalaman pribadi, jika harus memilih satu aplikasi untuk membantu menulis artikel saat mengalami cedera tangan, penulis akan merekomendasikan Apple Voice Memos. Transkrip yang dihasilkan relatif paling bersih dan membutuhkan koreksi minimal.
Google Recorder memang mudah digunakan, namun kurang presisi dalam transkripsi. Sementara itu, Samsung Galaxy S25 Plus menawarkan fitur yang lebih lengkap, terutama untuk keperluan rapat dengan banyak pembicara, namun terasa terlalu rumit untuk kebutuhan penulisan artikel personal.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa proses dari mendikte hingga menghasilkan artikel yang layak baca tetap memerlukan waktu signifikan untuk pengetikan ulang dan perbaikan teks. Aplikasi perekam suara ini lebih ideal digunakan untuk merekam rapat atau kuliah, menyediakan transkrip otomatis sebagai referensi, daripada langsung menghasilkan teks final tanpa revisi.
Harapan besar disematkan pada perkembangan teknologi AI di masa depan, agar mampu mengolah suara menjadi tulisan siap publikasi secara lebih canggih. Dengan demikian, pengguna dapat memperoleh manfaat maksimal. Saat ini, aplikasi bawaan perekam suara memang membantu, namun belum sepenuhnya dapat menggantikan pekerjaan mengetik di komputer.






