BANGKOK – Seekor kucing liar langka yang sempat dikhawatirkan punah di Thailand akhirnya ditemukan kembali. Penampakan terakhir spesies ini tercatat tiga dekade lalu, tepatnya pada tahun 1995. Otoritas konservasi dan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengumumkan kabar menggembirakan ini pada Jumat (26/12).
Kucing berkepala pipih (Flat-headed cat) dikenal sebagai salah satu kucing liar paling langka dan terancam punah di dunia. Habitat alaminya terbatas di wilayah Asia Tenggara, dan populasinya terus menyusut akibat fragmentasi habitat. Kucing ini memiliki ukuran serupa kucing domestik, dengan ciri khas mata bulat dan berdekatan.
Pantau terus artikel terbaru dan terupdate hanya di mureks.co.id!
Penemuan Kembali di Suaka Margasatwa Putri Sirindhorn
Penemuan kembali spesies ini terjadi berkat survei ekologis yang dimulai tahun lalu. Menggunakan perangkap kamera di Suaka Margasatwa Putri Sirindhorn, Thailand selatan, tim peneliti berhasil mencatat 29 deteksi kucing berkepala pipih. Data ini dirilis oleh Departemen Taman Nasional, Margasatwa dan Konservasi Tanaman Thailand bersama organisasi konservasi kucing liar Panthera.
Dokter hewan dan peneliti dari Universitas Kasetsart, Kaset Sutasha, mengungkapkan perasaannya kepada AFP. “Penemuan kembali ini menggembirakan, namun sekaligus mengkhawatirkan,” ujarnya. Sutasha menambahkan bahwa fragmentasi habitat telah membuat spesies ini semakin “terisolasi”.
Meskipun jumlah individu yang terdeteksi belum dapat dipastikan karena spesies ini tidak memiliki tanda khas yang memudahkan penghitungan, manajer program konservasi Panthera, Rattapan Pattanarangsan, menyatakan kepada AFP bahwa “temuan tersebut menunjukkan konsentrasi spesies yang relatif tinggi.”
Salah satu rekaman kamera bahkan menampilkan seekor kucing berkepala pipih betina bersama anaknya. Ini merupakan pertanda langka dan sangat menggembirakan, mengingat spesies ini biasanya hanya melahirkan satu anak dalam satu waktu.
Ancaman dan Upaya Konservasi
Kucing berkepala pipih dikenal aktif di malam hari dan sangat sulit ditemukan. Mereka umumnya hidup di ekosistem lahan basah yang lebat, seperti rawa gambut dan hutan bakau air tawar. Lingkungan ini sangat sulit diakses oleh para peneliti, jelas Rattapan.
Secara global, Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memperkirakan hanya sekitar 2.500 kucing berkepala pipih dewasa yang masih hidup di alam liar. Oleh karena itu, spesies ini diklasifikasikan sebagai spesies yang terancam punah. Di Thailand sendiri, spesies ini sebelumnya telah lama terdaftar sebagai “kemungkinan punah”.
Kaset Sutasha, yang telah meneliti kucing liar selama bertahun-tahun meskipun tidak terlibat langsung dalam survei ini, menjelaskan bahwa hutan rawa gambut Thailand telah mengalami fragmentasi parah. Kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh konversi lahan dan perluasan pertanian.
Selain itu, hewan-hewan ini juga menghadapi ancaman yang meningkat dari penyebaran penyakit oleh hewan peliharaan. Mereka juga kesulitan untuk bereproduksi di daerah-daerah terpencil. Meskipun penemuan kembali ini memberikan harapan, Kaset menegaskan bahwa ini hanyalah “titik awal” untuk upaya konservasi di masa depan.






