Pulau Sumatera kokoh sebagai jantung produksi kelapa sawit nasional, menguasai hampir separuh total areal perkebunan di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lebih dari 8,78 juta hektare perkebunan sawit di Sumatera, angka ini belum termasuk lahan yang tidak terdata secara resmi.
Riau secara konsisten menduduki peringkat teratas sebagai provinsi dengan perkebunan kelapa sawit terluas. Luasnya mencapai lebih dari 3,41 juta hektare, dengan kontribusi signifikan dari Kabupaten Rokan Hulu, Rokan Hilir, Pelalawan, dan Siak.
Posisi kedua ditempati Sumatera Utara dengan 1,36 juta hektare perkebunan sawit. Wilayah seperti Langkat, Deli Serdang, dan Labuhan Batu Raya tidak hanya menjadi pusat perkebunan, tetapi juga hilirisasi industri sawit, mulai dari minyak goreng hingga oleokimia.
Berikut adalah daftar 10 provinsi penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia pada periode 2024/2025:
- Riau: 3,41 juta hektare
- Sumatera Utara: 1,36 juta hektare
- Sumatera Selatan: 1,24 juta hektare
- Jambi: 952.000 hektare
- Aceh: 470.000 hektare
- Sumatera Barat: 449.000 hektare
- Bengkulu: 425.000 hektare
- Bangka Belitung: 269.000 hektare
- Lampung: 200.000 hektare
- Kepulauan Riau: 7.000 hektare
Pulau Sumatera menjadi episentrum industri kelapa sawit berkat kondisi geografis dan iklim yang mendukung. Namun, ekspansi perkebunan ini juga menimbulkan dampak ekologis seperti kebakaran hutan, konflik satwa liar, dan peningkatan risiko banjir.
Secara keseluruhan, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melaporkan total luas perkebunan sawit Indonesia mencapai sekitar 16,8 juta hektare dengan produksi tahunan sekitar 50 juta ton. Perkebunan ini tersebar di 26 provinsi.
Berdasarkan data BPS per 2024, 10 provinsi dengan lahan sawit terluas meliputi:
- Riau: 3.408.680 hektare
- Kalimantan Tengah: 2.164.250 hektare
- Kalimantan Barat: 2.156.990 hektare
- Kalimantan Timur: 1.486.300 hektare
- Sumatera Utara: 1.357.230 hektare
- Sumatera Selatan: 1.239.770 hektare
- Jambi: 952.390 hektare
- Kalimantan Selatan: 478.600 hektare
- Aceh: 470.080 hektare
- Sumatera Barat: 448.820 hektare
Perbedaan Fundamental Kebun Sawit dan Hutan Alam
Hatma Suryatmojo, Peneliti Hidrologi Hutan dan Konservasi DAS Fakultas Kehutanan UGM, menekankan perbedaan mendasar antara kebun sawit dan hutan alam dari perspektif ekologi dan hidrologi.
“Meski sawit sering diklaim tetap membuat lahan hijau, tetapi sesungguhnya sama sekali berbeda dengan hijaunya hutan,” ujar Hatma kepada Kompas.com, Sabtu (6/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa struktur vegetasi hutan tropis jauh lebih kompleks, baik secara vertikal maupun horizontal, dengan kekasaran permukaan tinggi yang mampu menahan hujan. Sebaliknya, kebun sawit yang cenderung homogen dan lantai yang dibersihkan untuk panen memiliki kapasitas pengendalian hujan lebih rendah.
Kemampuan mengendalikan daur air juga berbeda. Hutan alam menahan air hujan melalui tajuk dan serasah tebal, serta memiliki tanah berpori besar yang memungkinkan infiltrasi tinggi dan erosi terkendali. Kebun sawit, meskipun menangkap sebagian air oleh tajuk, tidak memiliki kanopi bawah atau serasah tebal. Pembersihan gulma dan pemadatan tanah mengurangi infiltrasi, sehingga berpotensi menyebabkan limpasan dan erosi besar saat hujan lebat.






