BANDA ACEH – Pemerintah Provinsi Aceh memusatkan perhatian pada upaya pemulihan konektivitas di wilayah tengah provinsi. Langkah ini diambil untuk mempercepat proses rehabilitasi pasca-bencana banjir dan tanah longsor dahsyat yang melanda pada akhir November 2025.
Sekretaris Daerah Aceh, M. Nasir, pada Sabtu (27/12), menegaskan pentingnya akses jalan bagi perekonomian lokal. “Akses jalan di Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues adalah denyut nadi perekonomian lokal,” ujar Nasir.
Klik mureks.co.id untuk tahu artikel menarik lainnya!
Ia menambahkan bahwa pemerintah berkomitmen penuh untuk memperbaiki titik-titik infrastruktur utama. Hal ini bertujuan untuk memastikan kelancaran distribusi logistik dan bahan bakar di daerah terdampak. “Jika barang dapat mengalir dengan bebas dan pasokan tetap mencukupi, ekonomi lokal akan terus pulih. Itulah mengapa pemulihan konektivitas sangat dibutuhkan,” jelas Nasir.
Fokus Perbaikan Infrastruktur Vital
Proyek-proyek prioritas yang sedang digarap meliputi pembukaan kembali rute-rute yang sebelumnya terblokir dan perbaikan ruas jalan vital. Beberapa di antaranya adalah jembatan yang menghubungkan Bireuen dan Bener Meriah, serta jalan Simpang KKA–Bener Meriah.
Selain itu, pemerintah juga berupaya keras memulihkan akses di sepanjang koridor Pameu–Aceh Tengah, Nagan Raya–Aceh Tengah, dan Aceh Tengah–Gayo Lues. Pemulihan ini diharapkan dapat menghidupkan kembali mobilitas antar-distrik di dataran tinggi tersebut.
Di samping perbaikan jalan, Nasir juga menyoroti urgensi relokasi warga yang terdampak bencana ke daerah yang lebih aman. Ia mendesak Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah untuk segera memverifikasi data rumah-rumah yang mengalami kerusakan. Nasir juga menyarankan agar puing-puing kayu akibat banjir dan tanah longsor dapat dimanfaatkan kembali untuk membangun jembatan dan rumah.
Kondisi Terkini dan Data Korban
Kepala Distrik Aceh Tengah, Haili Yoga, melaporkan bahwa perekonomian di wilayahnya mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan seiring dengan membaiknya akses jalan antar-distrik. Namun, ia mencatat bahwa masih ada beberapa desa yang terisolasi, sehingga bantuan logistik terpaksa harus dikirim melalui jalur udara.
Aceh merupakan salah satu dari tiga provinsi di Sumatera—bersama Sumatera Utara dan Sumatera Barat—yang baru-baru ini dilanda banjir dan tanah longsor. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga 28 Desember 2025, bencana tersebut telah menelan korban jiwa sebanyak 1.138 orang secara keseluruhan, dengan 511 korban jiwa tercatat di Aceh.
Data BNPB juga menunjukkan bahwa sekitar 171.000 rumah mengalami kerusakan di 52 kabupaten dan kota. Dari jumlah tersebut, Aceh menyumbang sebagian besar kerusakan, yaitu sebanyak 133.600 unit rumah.






