Mizab Ar-Rahmah, talang air berlapis emas yang bertengger megah di atas Ka’bah, selalu menjadi pusat perhatian umat Islam dari seluruh penjuru dunia. Bukan sekadar saluran air biasa, bagian penting dari Masjidil Haram ini menyimpan sejarah panjang dan makna spiritual mendalam bagi para peziarah.
Terletak tepat di bagian tengah Hijir Ismail, menempel pada dinding atas Syami Ka’bah, Mizab Ar-Rahmah dikenal luas di Indonesia sebagai “talang emas”. Zainurrofieq dalam bukunya Mukjizat Ka’bah menjelaskan, talang inilah yang berfungsi mengalirkan air hujan langsung ke area Hijir Ismail, sebuah tempat yang juga memiliki keistimewaan tersendiri.
Simak artikel informatif lainnya hanya di mureks.co.id.
Keistimewaan dan Doa di Bawah Mizab Ar-Rahmah
Keberadaan Mizab Ar-Rahmah tidak hanya sebatas fungsi fisik. Ibnu Abbas, sahabat Nabi, pernah menyampaikan sebuah nasihat yang menggarisbawahi keistimewaan area ini. “Shalatlah di tempat shalat orang-orang pilihan dan minumlah dari minuman orang baik,” kata Ibnu Abbas.
Ketika ditanya tentang “tempat shalat orang-orang pilihan,” beliau menjawab, “Di bawah Mizab.” Sementara untuk “minuman orang baik,” Ibnu Abbas menunjuk pada “Air Zam-zam.” Riwayat ini, sebagaimana dicatat oleh Al-Azraqy, menunjukkan betapa mulianya posisi Mizab Ar-Rahmah dalam tradisi Islam.
Rasulullah SAW sendiri memiliki kebiasaan berdoa di dekat Mizab. Ja’far bin Muhammad meriwayatkan dari ayahnya bahwa ketika Rasulullah SAW berada sejajar dengan Mizab Ka’bah saat melakukan tawaf, beliau mengucapkan doa khusus sebagai bentuk pengagungan dan permohonan kepada Allah SWT.
Doa yang dipanjatkan Rasulullah SAW adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ رِضَاكَ عِنْدَ الْمَوْتِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسَابِ
Yang berarti: “Ya Allah SWT, sesungguhnya aku meminta dari-Mu, keridhaan-Mu ketika maut ku dan ampunan-Mu kelak ketika hari pembalasan.” Keyakinan umat Islam menyebutkan bahwa berdoa di bawah Mizab Ar-Rahmah atau talang air Ka’bah akan dikabulkan segala permohonannya oleh Allah SWT.
Sejarah Panjang Talang Emas Ka’bah
Menurut M. Quraish Shihab dalam buku Haji dan Umrah, Mizab Ar-Rahmah berfungsi vital untuk menyalurkan air saat hujan maupun ketika Ka’bah dicuci. Menariknya, talang ini belum ada pada masa Nabi Ibrahim AS. Mizab pertama kali dibuat oleh suku Quraisy bersamaan dengan pembangunan atap Ka’bah, jauh sebelum pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul.
Sejak saat itu, Mizab Ar-Rahmah telah mengalami beberapa kali pembaruan. Pembaruan terakhir dilakukan oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz. Pada bagian depannya, terukir kalimat “Bismillahi ar-Rahman ar-Rahim”, sementara sisi kirinya memuat tulisan Arab yang artinya “Talang ini diperbaharui oleh pelayan dua Tanah Suci, Fahd bin Abdul Aziz Al-Sa’ud, Raja Arab Saudi.”
Secara fisik, talang ini berada di sebelah utara Ka’bah, sekitar 60 cm di bawah atap. Untuk mencegah burung hinggap, bagian atas Mizab dipasangi paku-paku kecil. Talang emas ini memiliki panjang total 2,53 meter, dengan 58 cm tertanam di dinding Ka’bah, panjang talang 1,95 meter, tinggi 23 cm, dan lebar 26 cm.
Muhammad Abdul Hamid Asy-Syaqawi dan Muhammad Raja’i ath-Thahlawi dalam buku Ka’bah Rahasia Kiblat Dunia merinci material pembuatannya. Kedua sisi talang dilapisi lembaran kayu jati setebal 2 cm dan emas murni 99,9 persen. Struktur pancuran diperkuat dengan tembaga anti karat setebal 4 mm, serta setiap palang diberi pengikat seberat 660 gram.
Salah satu palang dihiasi rangkaian perak seberat 2,5 kilogram dengan panjang 190 cm, dan secara keseluruhan terdapat 90 ikatan penguat. Desain Mizab ini meniru bentuk pancuran Sultan Ahmad pada 1021 H/1612 M, namun dengan beberapa penyempurnaan. Mulut pancuran memiliki penopang bertahtakan emas yang memancarkan air, yang konon dikirim dari Konstantinopel pada 981 Hijriah dan terbuat dari emas murni.
Pembaruan signifikan lainnya termasuk oleh pemerintahan keluarga Saud atas perintah Sultan Utsmani Abdul Majid ke-1 pada 1273 H/1856 M, menegaskan komitmen berkelanjutan dalam menjaga dan merawat salah satu bagian paling suci di dunia Islam ini.






