Florence – Nasib nahas tengah menimpa Fiorentina di Liga Italia musim ini. Tim berjuluk La Viola tersebut masih tertahan di dasar klasemen, belum mampu meraih satu kemenangan pun dari 15 pertandingan yang telah dilakoni.
Performa Mengecewakan di Musim 2025/2026
Hingga pekan ke-15, Fiorentina baru mengumpulkan enam poin hasil dari enam kali imbang dan sembilan kekalahan. Posisi juru kunci ini membuat mereka tertinggal delapan poin dari Parma yang berada di peringkat ke-17, batas aman zona degradasi. Kondisi ini sangat kontras dengan pencapaian musim lalu, di mana Fiorentina mampu finis di peringkat keenam.
Gonta-ganti Pelatih Jadi Akar Masalah
Berbagai analisis media Italia mengarah pada ketidakstabilan di kursi kepelatihan sebagai biang keladi performa buruk ini. Fiorentina tercatat telah memecat dua pelatih hingga pertengahan musim.
Raffaele Palladino, yang sejatinya masih dicintai pemain dan penggemar, bahkan baru saja mendapatkan perpanjangan kontrak hingga 2027 pada musim panas lalu. Namun, perbedaan visi dengan petinggi klub, khususnya Direktur Olahraga Daniele Prade, membuat pemecatannya tak terhindarkan.
Palladino mengungkapkan perasaannya dalam sebuah wawancara dengan Gazzetta dello Sport pada September lalu. “Saya melihat sepak bola sebagai teka-teki, semua bagian harus cocok agar berfungsi,” ujarnya. “Saya bangga dengan pekerjaan yang kami lakukan di Florence, tetapi kondisi untuk maju bersama sudah tidak ada lagi. Ide dan visinya terlalu berbeda.”
Posisi Palladino kemudian digantikan oleh Stefano Pioli, mantan pelatih AC Milan. Namun, masa baktinya juga tidak bertahan lama, hanya 14 laga. Kini, tongkat estafet kepelatihan dipegang oleh Paolo Vanoli.
Kebijakan Transfer dan Protes Suporter
Selain masalah pelatih, kebijakan transfer yang diambil oleh Direktur Olahraga Daniele Prade, yang telah menjabat sejak 2019, juga menuai kritik. Beberapa keputusan transfer dinilai merugikan tim, bahkan perubahan logo klub yang tidak melibatkan partisipasi suporter memicu kemarahan.
Kekecewaan suporter memuncak hingga mereka menggelar aksi unjuk rasa di jalanan Kota Florence. Prade sendiri akhirnya memilih mundur pada 1 November lalu.
“Protes dari para penggemar ditujukan kepada saya, karena klub menyerahkan strategi ke tangan saya. Ada juga elemen lain yang tidak membantu seperti stadion kami sedang dalam pembangunan dan kami tidak dapat menampung semua penggemar kami di sana, kami juga memainkan tiga turnamen yang harus dimainkan. Saya merasa kasihan kepada para penggemar, kepada Presiden (Rocco Commisso), dan pelatih. Jika ada seseorang yang harus dipecat atau mengundurkan diri, itu adalah saya,” papar Prade kepada DAZN pada Oktober.
Harapan untuk Bangkit
Meski terpuruk, Fiorentina masih memiliki harapan untuk bangkit. Sisa musim yang masih panjang memberikan peluang untuk beranjak dari zona degradasi. Kunci utamanya, tim harus segera meraih kemenangan pertama mereka.






