Festival film Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025 telah resmi menutup tirainya setelah sepekan memutar karya-karya sinematik terbaik Asia di Yogyakarta. Puncak penghargaan festival diraih oleh film Becoming Human yang disutradarai oleh Polen Ly, yang sukses menyabet trofi Golden Hanoman, penghargaan paling prestisius.
Penyelenggaraan JAFF tahun ini mencatat lonjakan signifikan pada jumlah penonton, melampaui angka 30.000 pengunjung. Antusiasme tinggi juga terlihat dari berbagai diskusi dan forum yang digelar sepanjang festival.
Direktur Festival JAFF, Ifa Isfansyah, menyoroti pentingnya adaptasi di era digital. “Ke depan, tantangannya justru semakin besar, bagaimana kita memikirkan keberlanjutan ekosistem film di tengah perubahan lanskap media dan digital,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (8/12/2025). Perubahan pola konsumsi film dan perkembangan platform digital menuntut festival untuk terus melakukan evaluasi.
Selama delapan hari pelaksanaannya, JAFF 2025 sukses menyelenggarakan 47 sesi diskusi, forum, dan kuliah publik. Sebanyak 227 film dari 43 negara ditayangkan, termasuk 27 film yang tayang perdana di dunia (world premiere) dan 87 film perdana di Indonesia (Indonesian premiere).
Festival ini juga memberikan ruang bagi talenta baru dengan menghadirkan karya dari 34 sutradara debutan dan 63 sutradara perempuan, menunjukkan komitmen JAFF dalam merangkul keragaman.
Direktur Program JAFF, Alexander Matius, mengapresiasi dinamika diskusi dan keterlibatan penonton. “Banyak diskusi yang diadakan, bahkan ada sesi tanya-jawab bersama pembuat film yang berlangsung hingga dini hari dan diikuti hampir seluruh penonton dengan antusias. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa dan tidak selalu bisa terjadi,” ungkapnya.
Memasuki usia tiga dekade, JAFF terus memperkuat posisinya sebagai ruang diskursus, eksperimen, serta inkubator keberlanjutan ekosistem film Asia. Konsistensi, regenerasi, dan keterbukaan terhadap perubahan menjadi pilar utama JAFF dalam menghadapi masa depan sinema.






