Lifestyle

Dokter Ungkap Alasan Anak Dua Tahun Sering Terluka, Bukan “Terrible Two”

Advertisement

Banyak orang tua merasa anak usia dua tahun sangat akrab dengan luka, mulai dari jatuh, terbentur, hingga goresan. Kondisi yang kerap dikhawatirkan ini ternyata merupakan bagian wajar dari proses tumbuh kembang anak, menurut dokter spesialis anak, dr. Miza Afrizal, Sp.A.

Usia dua tahun ditandai dengan perkembangan unik sekaligus menantang, yang sering disalahpahami sebagai fase Terrible Two. Dr. Miza menyatakan keprihatinannya terhadap label tersebut.

“Saya cukup sedih mendengar istilah Terrible Two. Anak umur dua tahun dibilang terrible, padahal mereka sedang memasuki fase eksplorasi penting dalam perkembangan otaknya,” ujar dr. Miza dalam sebuah acara di Jakarta Selatan, Jumat (5/12/2025).

Dorongan Eksplorasi dan Keterbatasan Bahasa

Menurut dr. Miza, otak anak usia dua tahun mengalami perkembangan pesat. Rasa ingin tahu mereka sangat besar, motorik kasar mulai matang, dan kemampuan menjelajah meningkat drastis. Namun, kemampuan memahami instruksi verbal mereka belum sepadan.

Akibatnya, larangan orang tua sering kali disalahartikan oleh anak. Dr. Miza menjelaskan bahwa otak anak di usia ini cenderung memproses larangan sebagai dorongan untuk mencoba.

“Nyuruh anak dua tahun ‘jangan lompat-lompat’ itu sama saja dengan menyuruh dia lompat-lompat,” kata dr. Miza. Hal serupa terjadi ketika mereka dilarang menyentuh benda tertentu atau bermain di tangga. Bagi anak, larangan tersebut tidak langsung diterjemahkan sebagai bahaya, melainkan memicu rasa penasaran.

Perilaku ini sering disalahartikan sebagai ketidakpatuhan atau kenakalan. Padahal, menurut dr. Miza, hal tersebut murni disebabkan oleh belum matangnya kemampuan bahasa dan logika anak.

Advertisement

Luka Sebagai Bagian Proses Belajar

Dengan dorongan eksplorasi yang kuat, anak usia dua tahun hampir pasti lebih sering jatuh, kehilangan keseimbangan, atau mengalami benturan kecil. Perkembangan motorik mereka yang pesat belum diimbangi dengan pemahaman instruksi dan sebab-akibat yang matang.

“Dia akan sangat gampang jatuh, tapi memang itu dibutuhkan. Mereka bisa bertanya, tapi tidak terlalu bagus daya tangkapnya, makanya mereka sering berteman dengan luka,” jelas dr. Miza.

Kondisi ini membuat anak usia dua tahun kerap memiliki memar atau goresan baru. Dokter Miza menegaskan bahwa hal tersebut sepenuhnya normal dan merupakan bagian dari proses belajar anak dalam mengenal tubuh, ruang, dan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, orang tua tidak perlu langsung menganggap anak bandel atau mengaitkan perilaku mereka dengan istilah Terrible Two. Yang terjadi adalah fase perkembangan otak yang wajar dan penting.

“Anak usia dua tahun memang akan sangat berteman dengan luka. Mereka butuh eksplorasi sebanyak-banyaknya,” ujarnya. Memahami bahwa sering jatuh dan terluka adalah bagian dari perkembangan anak usia dua tahun dapat membantu orang tua melihatnya sebagai proses belajar yang wajar, bukan kenakalan.

Advertisement