Menjadi ibu tunggal menghadirkan serangkaian tantangan dan tanggung jawab yang tak ringan. Sepupu Rosita Amelia Putri, Desy, menyaksikan langsung bagaimana sepupunya itu berjuang menghadapi realitas tersebut.
Desy melihat Rosita tidak hanya tangguh, tetapi juga memiliki semangat belajar yang tinggi untuk tumbuh sebagai ibu. “Perjalanan dia sebagai ibu nggak gampang, tapi luar biasa. Dari awal banyak belajar, mencoba mengerti ritme baru, bahkan sempat bingung harus mulai dari mana. Tapi pelan-pelan aku lihat dia makin kuat, makin sabar, dan bisa menikmati prosesnya,” ujar Desy kepada Kompas.com.
Perjuangan Rosita sebagai ibu tunggal, menurut Desy, tidak hanya sebatas memenuhi kebutuhan fisik sang anak, melainkan juga bagaimana ia menemukan kembali ritme hidupnya sendiri.
Perubahan Sikap dan Fokus
Sejak menjadi seorang ibu, Desy mengamati adanya perubahan signifikan dalam diri Rosita. Ia kini dinilai lebih sabar, peka, dan dewasa dalam menyikapi berbagai situasi.
“Kalau dulu mungkin emosian atau gampang capek mental, sekarang dia lebih memilih diam, kemudian mencari cara terbaik untuk menyelesaikan semuanya,” tutur Desy.
Perubahan ini melampaui sekadar pengendalian emosi. Rosita kini lebih terencana dan fokus pada masa depan anaknya. Ia belajar memprioritaskan kebutuhan sang buah hati sambil tetap menjaga kesehatan mentalnya.
Momen Perjuangan dan Pengorbanan
Desy mengenang banyak momen ketika Rosita menunjukkan perjuangan luar biasa demi anaknya. Mulai dari bangun di malam hari meski kelelahan, menunda keinginan pribadi, hingga menghadapi dunia yang terkadang terasa sulit.
“Di momen-momen itu aku sadar dia nggak cuma jadi ibu, tapi tulang punggung bagi keluarga,” ungkap Desy.
Cinta yang tak terbatas dan kesabaran yang konsisten menjadi kualitas utama Rosita. Ia selalu hadir untuk anaknya, bahkan saat menghadapi masalah pribadi atau tantangan emosional.
Rosita juga menunjukkan keterbukaan untuk terus belajar dan mencari solusi terbaik demi kebahagiaan serta perkembangan anaknya.
Dukungan Emosional yang Krusial
Menurut Desy, dukungan yang paling dibutuhkan oleh ibu tunggal seperti Rosita bukanlah semata-mata dukungan fisik, melainkan dukungan mental.
“Dia butuh seseorang yang membuat dia merasa tetap berharga,” kata Desy.
Dukungan emosional ini sangat penting untuk menguatkan sang ibu ketika tekanan datang atau rasa lelah dan cemas menghampiri. Hal ini juga berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang stabil dan penuh cinta bagi anak.
Bangga atas Ketangguhan Rosita
Desy mengaku bangga melihat ketangguhan Rosita, meskipun ia menyadari mungkin ada kerapuhan di dalam hati sepupunya itu.
Ketika Rosita merasa belum menjadi ibu yang cukup baik, Desy selalu memberikan penegasan. “Nggak ada ibu yang sempurna, tapi kamu selalu berusaha. Itu yang membuatmu luar biasa,” pesan Desy untuk Rosita.
Desy berharap para ibu tunggal dapat terus menyayangi diri sendiri, memiliki ruang untuk tumbuh, bermimpi, dan meraih kebahagiaan.
“Sebagai ibu, aku percaya dia akan terus jadi cahaya buat keluarga, tapi aku juga pengen dia tetap ingat dia juga manusia yang pantas dicintai, dihargai, dan disayangi,” ujar Desy.
Dari sudut pandang sepupunya, perjalanan Rosita sebagai ibu tunggal bukan tentang kesempurnaan, melainkan tentang ketangguhan, cinta tanpa henti, dan tekad untuk selalu hadir bagi anaknya setiap hari. Desy menambahkan, seorang ibu adalah energi yang mampu menggerakkan dunia, bahkan dalam keadaan tersulit sekalipun.






