Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kembali memantau adanya jejak bibit siklon tropis di sekitar perairan Indonesia. Kali ini, dua sistem terdeteksi, yaitu Bibit Siklon Tropis 91S dan 93W. Keberadaan kedua bibit siklon ini menimbulkan pertanyaan mengenai potensi perkembangannya menjadi siklon tropis dan dampaknya bagi Indonesia.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, merinci pembentukan Bibit Siklon Tropis 91S. Sistem ini mulai terdeteksi pada Minggu (7/12/2025) pukul 07.00 WIB di Samudera Hindia barat daya Lampung. Analisis lebih lanjut pada Senin (8/12/2025) pukul 01.00 WIB menempatkan pusat sirkulasi Bibit Siklon 91S di sekitar 5,0 derajat Lintang Selatan dan 93,3 derajat Bujur Timur. “Kecepatan angin maksimum di sekitar sistem sekitar 15 knot (28 km/jam), dengan tekanan minimum sekitar 1008 hPa,” ungkap Andri kepada Kompas.com, Senin.
Pengamatan citra satelit dalam 24 jam terakhir menunjukkan adanya peningkatan aktivitas konvektif yang sporadis di sekitar Bibit Siklon 91S. Namun, dalam enam jam terakhir, aktivitas tersebut justru mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan pola konvektif yang masih fluktuatif dan belum terorganisasi dengan baik. Analisis angin per lapisan juga menunjukkan pola sirkulasi siklonik yang belum sepenuhnya sejajar secara vertikal.
Andri menambahkan, Bibit Siklon 91S mendapat dukungan dari aktifnya gelombang atmosfer low frequency dan MJO, suhu muka laut yang hangat (29–30 derajat Celsius), serta kelembapan yang tinggi. Kondisi ini menjadi faktor pendukung pembentukan dan penguatan sistem.
Analisis Bibit Siklon 93W
Sementara itu, Bibit Siklon Tropis 93W mulai terbentuk pada 28 November 2025 pukul 19.00 WIB di Samudera Pasifik Utara, tepatnya di timur laut Pulau Papua. Menurut Andri, analisis pada 7 Desember 2025 menunjukkan pusat sirkulasi 93W berada di sekitar 11,9 derajat Lintang Utara dan 124,3 derajat Bujur Timur, di Kepulauan Samar, Filipina, sebelah utara Sulawesi Utara. Kecepatan angin maksimum di sekitar sistem ini mencapai 20 knot (37 km/jam) dengan tekanan minimum sekitar 1005 hPa.
Pengamatan citra satelit dalam enam jam terakhir menunjukkan aktivitas konvektif terutama di barat laut hingga utara sistem. Namun, wilayah deep convection dan dense overcast cenderung menurun dibandingkan 24 jam sebelumnya. Pola sirkulasi siklonik terpantau dari lapisan permukaan hingga 700 hPa, namun pusat sirkulasi pada lapisan 700 hPa bergeser ke barat daya dari lapisan bawahnya.
Sistem ini didukung oleh aktifnya gelombang Equatorial Rossby dan low frequency, suhu muka laut hangat (28–30 derajat Celsius), shear vertikal rendah (10–15 knot), inflow angin kuat, serta vortisitas di tiap lapisan yang mendukung dan kelembapan yang cukup basah di lapisan rendah.
Potensi dan Dampak bagi Indonesia
BMKG memprediksi intensitas Bibit Siklon Tropis 91S dalam 24 jam ke depan cenderung meningkat. Kecepatan angin maksimum terpantau sekitar 20–25 knot pada sebagian kecil kuadran barat laut–utara sistem. Namun, dalam 48–72 jam berikutnya, intensitas sistem ini diprakirakan menurun seiring berkurangnya kecepatan angin di seluruh lapisan atmosfer. “Potensi Bibit Siklon Tropis 91S untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24–72 jam ke depan berada pada kategori peluang rendah,” jelas Andri.
Untuk Bibit Siklon Tropis 93W, dalam 24 jam ke depan diprediksi mengalami penurunan intensitas dengan kecepatan angin maksimum sekitar 15 knot dan bergerak ke arah barat. Dalam 48 jam, sistem ini diperkirakan tetap melemah. Namun, dalam 72 jam, 93W diprediksi bergerak menuju Laut China Selatan dan mengalami sedikit penguatan kembali dengan kecepatan angin berkisar 15–20 knot. “Potensi 93W untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24–72 jam ke depan juga berada pada kategori peluang rendah,” kata Andri.
Meskipun potensi menjadi siklon tropis rendah, keberadaan kedua bibit siklon ini dapat memberikan dampak bagi wilayah Indonesia. Berikut adalah wilayah yang berpotensi terdampak:
- Hujan sedang hingga lebat akibat Bibit Siklon Tropis 91S: Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung.
- Gelombang sedang (1,25–2,5 meter) akibat Bibit Siklon Tropis 91S: Samudra Hindia barat Aceh hingga Lampung, Samudra Hindia selatan Banten.
- Hujan sedang hingga lebat akibat Bibit Siklon Tropis 93W: Kalimantan Utara, Sulawesi Utara.
- Gelombang sedang (1,25–2,5 meter) akibat Bibit Siklon Tropis 93W: Perairan Kepulauan Sangihe–Kepulauan Talaud, Laut Sulawesi, Samudra Pasifik utara Maluku hingga Papua.
Masyarakat di wilayah yang berpotensi terdampak diimbau untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca dan memantau informasi resmi dari BMKG.






