Pakar ITB Ungkap Biang Kerok Banjir Bandang Dahsyat Sumatera: Kombinasi Cuaca Ekstrem dan Kerusakan Lingkungan

Dikurasi olehMureks AI
Biang Kerok Banjir Bandang Dahsyat di Sumatera Terkuak, Begini Analisis Pakar ITB
Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda sebagian besar wilayah Sumatera, meliputi Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh pada November 2025, dianalisis oleh pakar ITB. Dr. Muhammad Rais Abdillah menjelaskan bahwa kejadian ini bukan semata-mata akibat curah hujan ekstrem, melainkan hasil interaksi kompleks antara kondisi atmosfer yang sangat aktif, seperti Siklon Tropis Senyar, dan degradasi lingkungan yang serius. Fenomena ini menyebabkan daya serap tanah menurun drastis, memperparah dampak bencana hidrometeorologi tersebut.

Ringkasan

  • Banjir bandang dan longsor di Sumatera disebabkan oleh interaksi multi-faktor: kondisi atmosfer aktif, karakteristik geospasial, dan kapasitas lingkungan yang menurun.
  • Wilayah Sumatera bagian utara, termasuk Tapanuli, sedang berada pada puncak musim hujan dengan pola hujan dua puncak dalam setahun, menghasilkan curah hujan ekstrem antara 150-300 milimeter per hari.
  • Fenomena atmosfer seperti pusaran atau Siklon Tropis Senyar dari Semenanjung Malaysia di Selat Malaka meningkatkan suplai uap air dan memperkuat pembentukan awan hujan.
  • Degradasi lingkungan akibat penurunan tutupan vegetasi dan perubahan fungsi lahan secara signifikan mengurangi kemampuan tanah untuk menyerap air, memperbesar aliran permukaan (runoff).
  • Hingga 28 November 2025, bencana ini telah mengakibatkan lebih dari 100 korban meninggal dunia dan ribuan warga mengungsi, dengan jumlah yang berpotensi bertambah.

Cek Fakta & Data

  • Bencana longsor dan banjir bandang menerjang sebagian wilayah Sumatera Barat, Sumatera Utara, Aceh, dan beberapa lainnya.
  • Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per 28 November 2025, lebih dari 100 warga meninggal dunia.
  • Dr. Muhammad Rais Abdillah dari Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah pakar meteorologi dan dosen dari Kelompok Keahlian Sains Atmosfer.
  • Sumatera bagian utara sedang berada pada puncak musim hujan dengan pola hujan sepanjang tahun atau dua puncak hujan.
  • Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan di pulau tersebut mencapai 150-300 milimeter, termasuk kategori ekstrem.
  • Adanya pusaran atau sirkulasi siklonik (Siklon Tropis Senyar) dari Semenanjung Malaysia di Selat Malaka memperparah curah hujan.
  • Kondisi curah hujan Sumatera Utara pada akhir November 2025 ini memiliki karakteristik yang mendekati peristiwa banjir Jakarta 2020 (sekitar 370 milimeter dalam satu hari).

Sumber Referensi

Disclaimer

Konten ini dikurasi menggunakan teknologi AI dari berbagai sumber berita terpercaya. Kami berupaya memberikan informasi yang akurat dan terverifikasi. Namun, pembaca disarankan untuk melakukan pengecekan lebih lanjut melalui sumber-sumber referensi yang tercantum di atas.