Atik dan ‘Ayo Ngelong ke Lubuklinggau 22.2.22’, Harapan atau Khayalan?

oleh
oleh

Laporan: Bayu Pratama Sembiring

LUBUKLINGGAU– Entah apa yang dimimpikan Atik (32) tadi malam, ia begitu semangat hari ini untuk bekerja, ah, nampaknya dia memang selalu semangat setiap hari. Hanya saja kadang, tubuh kurus dan lemahnya enggan menuruti semangatnya yang menggebu-gebu dalam memburu rezeki.

Ya, apa mau dikata, tampaknya ‘gender’ lebih tertarik melihatnya duduk bermalas-malasan di rumah satu-satunya di Jl. Air Temam, RT. 06, Kelurahan Rahma, Kecamatan Lubuklinggau Selatan I, Kota Lubuklinggau.

Tergopoh-gopoh Atik berjalan menuju tempat kerjanya, yang ia mengakuinya sebagai ladang pahala. Tempat terakhirnya menjalankan perintah Tuhan dalam mencari nafkah membantu suami tercinta. Apalagi kalau bukan untuk anak-anaknya.

Berjalan ia menuju posnya, melewati gerbang selamat datang, menuju jalan setapak, dan mulai menapaki anak tangga. Sedetik sebelum melangkah, ia hela napasnya menyiapkan kakinya agar tak goyah dalam menapak 100 anak tangga. Berjalan terus menuju sebuah aliran sungai yang masih asri, teringat ia akan dalil sungai di surga, yang airnya jernih menyejukkan.

Aliran sungai itu bertingkat yang terbentuk oleh ‘tangan-tangan’ alam, tebing yang kokoh menerjunkan air-air keberkahan yang dimunculkan Tuhan untuk makhluk di Bumi Sebiduk Semare.

Sebelum menuju posnya, Atik memang sering terlebih dahulu melihat megah dan indahnya salah satu air terjun paling terkenal di Kota Lubuklinggau itu. Air terjun unik yang dijuluki “Litle Niagara” atau Niagara Kecil. Bagaimana tidak, air terjun ini, alih-alih meninggi, justru melebar.

 

Air terjun itu diberi nama Air Terjun Temam, karena menyadur dari nama kelurahan tempat air terjun itu berada. Kelurahan Temam (saat ini menjadi Kelurahan Rahma) Kecamatan Lubuklinggau Selatan I, Kota Lubuklinggau.

Air terjun, yang menurut data dari Dinas Pariwisata Kota Lubuklinggau, memiliki tinggi 12 meter dan lebar hingga 25 meter serta fasilitas saat ini yang sangat memadai sebagai “menu utama” pariwisata di Kota Lubuklinggau.

“Air terjun Temam, saat ini di bawah kepemimpinan bapak Walikota, H. SN. Prana Putra Sohe, telah menjelma menjadi ikon utama Lubuklinggau. Fasilitas-fasilitas yang sangat memadai telah dibangun sehingga Air Terjun Temam lebih layak untuk dijadikan destinasi wisata unggulan di Kota Lubuklinggau,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Lubuklinggau, Johan Iman Sitepu kepada Mureks Online, Rabu (02/06).

Lebih lanjut, Sitepu menjelaskan bahwa saat ini akses jalan sangat nyaman dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat.

“Apabila kita berada di pusat kota, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 sampai 35 menit untuk sampai di Air Terjun Temam, itupun tidak akan terasa karena saat menuju lokasi, kita akan disuguhkan pemandangan yang asri nan menyejukkan, serta tidak melelahkan karena akses jalan sudah sangat bagus baik bagi kendaraan roda dua maupun roda empat,” pungkas Sitepu.

Atik telah siaga di pos nya. Siap melakukan jihadnya. Dia adalah petugas karcis di Lokasi Wisata Air Terjun Temam. Uang Rp 2 Ribu dan Rp 10 Ribu sangat akrab dengan dirinya, bagaimana tidak, itu adalah harga tiket masuk dan sudah termasuk harga parkir di situ. Dua ribu harga lama, sepuluh ribu harga baru. Atik melewati masa keduanya, 7 tahun ia mengabdi, dari 2014 hingga kini.

Menunggu, meski untuk sebagian orang sangat membosankan, namun tidak untuk Atik. Meski dirinya harus duduk diam selama 8 jam, menunggu dari Pukul 09.00 WIB s/d Pukul 17.00 WIB, ia tetap semangat menunggu rezeki yang akan dikirimkan Tuhan kepadanya. Maklum saja, besaran gajinya tergantung jumlah pengunjung yang datang dan berapa banyak karcis terjual.

Dalam renungannya, ia teringat program unggulan Walikota Lubuklinggau, “Ayo Ngelong ke Lubuklinggau 22.2.22” yang biasa didengarnya saat orasi-orasi program dari Walikota Lubuklinggau, meski tidak mengenal dirinya, namun Atik sangat mengagumi sosok Walikota visioner yang biasa disapa Nanan itu.

Nanan memang mengagumkan, periode pertama kepemimpinannya bersama wakilnya, H. Sulaiman Kohar, telah banyak membawa perubahan signifikan. Salah satu yang menjadi indikator adalah bidang Investasi.

Tahun 2015, nilai investasi di Kota Lubuklinggau meningkat pesat, dari sebelumnya hanya Rp 1,9 Triliun, menjadi Rp 25,9 Triliun selama Tahun 2014-2015 yang tentu saja tidak bisa dipisahkan dari program andalan Visit Linggau 2015, yang saat ini dibuat “sekuel”nya melalui program ‘Ayo Ngelong Ke Lubuklinggau 22.2.22’. Pesat sekali.

Atik berangan-angan, program Ayo Ngelong Ke Lubuklinggau Tahun 2022 yang akan datang, lebih besar dampaknya dari Visit Linggau 2015. Tiga tahun ia berangan-angan, Temam akan banjir wisatawan, ia membayangkan bahwa dirinya dan timnya akan sibuk mengurusi ‘medan jihadnya’. Bergelimang layanan prima kepada siapa saja yang hendak menapak 100 anak tangga, yang menyelam ria di layanan Water Boom-nya, atau sekedar memandang indahnya Air Terjun Mini Niagara, baik dari jembatan gantung birunya, atau berhadapan langsung dengan air terjun yang gagah.

Wajar saja, karena sejak diperkenalkan oleh Belanda pada Tahun 1920, Air Terjun Temam belum pernah menjelma menjadi maskot utama wisata Lubuklinggau.

Zaman Belanda? Drs. Suwandi, Sejarawan Kota Lubuklinggau, mengkonfirmasi kebenarannya. Air Terjun Temam memang sudah ‘eksis’ sejak zaman Belanda menduduki Indonesia.

“Saat itu, Belanda tengah mencari tempat wisata untuk mereka berlibur, sehingga pada Tahun 1920 ditemukanlah Air Terjun Temam yang tersembunyi di Hutan Selatan Lubuklinggau. Kemudian dilanjutkan pemeliharaannya oleh pemerintah ketika Indonesia merdeka, hingga sampai kepemimpinan Pak Nanan” ungkapnya menerangkan kepada Mureks Online.

Namun angan-angan Atik sempat buyar, berganti kegelisahan, menjelma ketakutan. Covid-19 menyerang bumi. 2020 lock down. Tempat-tempat kerumunan dibubarkan, tempat wisata sepi, masyarakat paranoid dengan pandemi. Pupus asa Atik. ‘Ayo Ngelong Ke Lubuklinggau 22.2.22’ apakah akan berubah dari harapan menjadi khayalan? Atau bahkan kematian?

Lamunan Atik buyar, melihat ratusan orang berdiri di depan gerbang Wisata Temam, ia seperti mimpi, melihat orang-orang mengenakan baju putih, dengan masker-masker yang menutupi, gelisah lagi hati Atik.

Namun selayang pandang, dilihatnya orang yang ia kagumi, Walikota Lubuklinggau dengan senyumnya yang sangat unik. Yang dimiliki oleh semua masyarakat bumi silampari, senyum yang menandakan ‘orang Linggau’ ramah, orang linggau anti konflik, dibuktikan selama kepemimpinan Nanan dan Sulaiman Kohar Lubuklinggau Zero Conflict. Sesuai harapan, Linggau menjadi kota Metropolis Madani. Kota yang menjadi pusat aktivitas bisnis, ekonomi, maupun wisata, serta menjadi kota yang majemuk namun damai tanpa konflik. Ah, ternyata hanya khayalan Atik saja, bukan fisik Walikota, namun Atik yakin semangat pak Wali ada menyertai rombongan.

Bertanya Atik, ternyata rombongan itu adalah peserta Silaturahmi Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Se-Sumatera Selatan yang telah berlangsung sejak 1 Juni 2021 dan akan berakhir pada 3 Juni 2021.

Atik sumringah, ia yakin betul bahwa ini adalah jawaban Tuhan dari setiap do’anya, ‘Ayo Ngelong Ke Lubuklinggau 22.2.22’ bukan hanya sekedar khayalan, namun masih tetap membawa harapan, bahkan berangsur harapannya menjadi kenyataan.

Meski Atik jarang bertemu Walikota, ia sekarang tahu, bahwa semangatnya sama. Pantang pulang sebelum berperang. Tetap maju meski musuh menghalau laju. Ah, bahagianya Atik. Apalagi dia tahu, bahwa Silaturahmi SMSI Se-Sumatera Selatan adalah pembuka dari banyaknya event-event lokal maupun nasional yang akan dihelat di Lubuklinggau.

Ia yakin, Temam akan indah pada waktunya, ia memang terbatas dalam bepergian, tak banyak tahu tentang keadaan lima hal yang membuat Walikota Percaya Diri program ‘Ayo Ngelong ke Lubuklinggau 22.2.22’ akan sukses. Lima hal itu adalah transportasi, keadaan keamanan, sinergi antar forkopinda, kuliner, dan wisata, seperti yang disampaikan oleh Walikota Lubuklinggau dalam sambutannya di pembukaan Silaturahmi SMSI Se-Sumatera Selatan, Rabu (2/6) di Ballrom Hotel Smart Lubuklinggau.

Kendati demikian, Atik yakin, semuanya juga akan baik-baik saja. Wisata Bukit Sulap, Kampung Warna-warni, Kesie, Air Terjun Takli, dan tempat wisata lainnya akan ikut merasakan kebahagian dan optimisme Atik. Ah, mungkin ini arti semangat Atik tadi pagi, tanda alam yang diberikan untuk menyambut rezeki Tuhan-nya.

Atik pun sadar, meski pakaiannya tak seindah Songket Duren khas Lubuklinggau, aroma tubuhnya tak senikmat Kopi Duren (kuliner khas Lubuklinggau), umurnya tak sekokoh Bukit Sulap, senyumnya tak seindah Air Terjun Temam, tubuhnya tak seberharga Mandi Kasai (adat pernikahan Lubuklinggau), dan hatinya tak sesuci Masjid Agung As-Salam dan Masjid An-Nasiir Sohe, namun ia yakin, Tuhan tetap memberi hak Atik tanpa menguranginya sedikitpun.

Walikota dan ‘Ayo Ngelong ke Lubuklinggau 22.2.22’ serta semua pengunjung hanya perantara dari berkah dan rahmat Tuhan kepada Atik dan banyak pejuang jihad nafkah lainnya. Jadilah bagian dari perantara itu.

Selamat berkunjung.*