Mohamed Salah menjadi sorotan di Premier League, bukan karena aksinya di lapangan, tetapi karena komentar pedasnya usai Liverpool ditahan imbang 3-3 melawan Leeds. Pernyataan tersebut membuka tabir ketegangan internal di klub yang tengah berjuang menemukan kestabilan performa. Hubungan Salah dengan pelatih Arne Slot dilaporkan berada di titik terendah, dengan sang penyerang mengaku tidak memahami alasan dirinya kerap dicadangkan.
Di sisi lain, performa Salah yang cenderung menurun sepanjang musim 2024/2025 memunculkan beragam opini di kalangan pendukung. Sebagian menilai keputusan Slot memiliki dasar yang kuat melihat data statistik yang ada. Situasi ini menciptakan polarisasi pandangan di Anfield, terlebih di usia 33 tahun, Salah tidak lagi menunjukkan ketajaman yang sama seperti musim-musim sebelumnya. Namun, tak sedikit pula yang berpendapat bahwa taktik dan sistem permainan yang diterapkan Slot turut berkontribusi pada kemerosotan performa sang pemain.
Hubungan Retak Antara Pemain dan Pelatih
Sumber di internal klub mengindikasikan adanya keretakan dalam hubungan Mohamed Salah dan Arne Slot. Sang pelatih dilaporkan telah mencadangkan Salah dalam tiga pertandingan Premier League terakhir, bahkan dua di antaranya tanpa memberinya kesempatan bermain sama sekali. Kondisi ini menimbulkan kebingungan di kalangan penggemar.
Salah sendiri menyuarakan ketidakpahamannya, menyatakan, “Saya duduk di bangku cadangan dan saya tidak tahu mengapa.” Pernyataan ini ditafsirkan oleh sebagian pendukung sebagai bukti perlakuan tidak adil terhadap pemain bintangnya.
Namun, pandangan berbeda diungkapkan oleh sebagian pendukung lainnya. Mereka menilai komentar tersebut mencerminkan sikap egois Salah di tengah kesulitan yang dihadapi tim. Pendekatan Slot dalam mengelola peran Salah musim ini disebut-sebut sulit dipahami dan justru memperlebar jurang pemisah antara keduanya, menciptakan friksi yang semakin nyata.
Statistik Mengungkap Penurunan Performa
Di balik konflik internal yang mewarnai pemberitaan, performa Mohamed Salah memang menunjukkan penurunan signifikan. Data menunjukkan bahwa sejak akhir Februari musim lalu, ia hanya mampu mencetak enam gol dari 33 pertandingan, jika gol dari tendangan penalti tidak dihitung. Angka ini merupakan rekor terburuknya selama delapan tahun membela Liverpool.
Selain penurunan jumlah gol, kreativitas Salah juga mengalami kemerosotan. Data dari Opta mencatat bahwa expected assist-nya musim ini menurun, mengindikasikan kontribusi di luar gol juga berada di titik terendah. Dribble success rate-nya bahkan anjlok di bawah 25 persen, sebuah catatan yang belum pernah terjadi sejak ia pertama kali bergabung dengan Liverpool.
Mantan pemain Liverpool, Jamie Carragher, bahkan secara terbuka menyatakan bahwa era kejayaan Salah telah berakhir. Meskipun terdengar keras, perubahan karakter bermainnya memang terlihat jelas. Winger yang dulu dikenal eksplosif ini kini kesulitan melewati lawan dan kehilangan keunggulan fisik yang menjadi ciri khasnya.






