Upaya penyelesaian dualisme kepengurusan Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia (PSTI) akhirnya membuahkan hasil. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) secara resmi mengakui kepengurusan PSTI periode 2025-2029 yang dipimpin oleh Surianto. Pengakuan ini juga selaras dengan federasi sepak takraw internasional, ISTAF.
Keputusan ini diumumkan pada Selasa (9/12) dan diapresiasi oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir sebagai sinyal positif bagi perkembangan olahraga Indonesia. Selama ini, dualisme kepengurusan tersebut dianggap menghambat pembinaan atlet dan prestasi sepak takraw nasional.
Upaya Konsolidasi dan Dukungan Internasional
Sekretaris Jenderal KONI, Tb Lukman, menyatakan bahwa penyelesaian masalah dualisme kepengurusan memang menjadi prioritas utama. Berbagai pertemuan intensif telah dilakukan bersama KOI, pemerintah, dan Pengurus Pusat Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia (PB PSTI) sendiri.
“Masalah dualisme memang menjadi salah satu prioritas kami untuk diselesaikan. Sejak mendapatkan arahan dari Bapak Menpora, kami terus melakukan pertemuan, baik dengan KOI, pemerintah maupun cabor,” ujar Lukman dalam pernyataannya.
KONI telah mengirimkan surat keputusan pengukuhan personalia PB PSTI 2025-2029 kepada Menpora. “Kami terus berupaya menyelesaikan sengketa di cabor lainnya di waktu yang tersisa sampai akhir Desember ini,” jelas Lukman.
Sekretaris Jenderal KOI, Wijaya Noeradi, menambahkan bahwa pihaknya menindaklanjuti arahan Menpora Erick Thohir yang meminta KOI, KONI, serta empat cabang olahraga yang mengalami dualisme untuk duduk bersama. Ia menekankan dampak negatif perpecahan kepengurusan terhadap nasib atlet dan prestasi olahraga.
“Kami memahami betul bahwa perpecahan yang terjadi membawa dampak buruk bagi nasib para atlet dan juga menjadi penghalang prestasi olahraga kita. Maka kami laporkan kepada Bapak Menpora bahwa tugas telah kami lakukan, dan kami kirimkan surat pengakuan KOI terhadap kepengurusan PB PSTI periode 2025-2029,” ungkap Wijaya.
Dukungan terhadap kepengurusan baru ini juga telah dilaporkan kepada Federasi Internasional Sepak Takraw (ISTAF). Melalui surat balasannya, Wakil Presiden ISTAF, Muhammad Fariq Abdul Halim, menyampaikan apresiasi kepada KONI dan KOI atas penyelesaian konflik internal tersebut.
“Kami merasa senang permasalahan ini telah diselesaikan dan menyampaikan selamat atas pelantikan Bapak Surianto sebagai Ketua Umum PB PSTI untuk periode 2025-2029,” tulis Muhammad Fariq Abdul Halim.
Tiga Cabor Lain Menanti
Meskipun dualisme sepak takraw telah tuntas, KOI menegaskan bahwa pekerjaan bersama KONI belum usai. Masih ada tiga cabang olahraga lain yang juga tersandung masalah serupa, yaitu tenis meja, anggar, dan tinju.
“Tentu tidak berhenti di sini, kami punya tugas di tiga cabang lainnya, sehingga saat ini kami terus menjalankan proses musyawarah untuk menyelesaikan masalah,” sebut Wijaya.
Sinyal Positif Menuju Prestasi
Menpora Erick Thohir menyambut baik selesainya dualisme sepak takraw. Ia melihatnya sebagai awal yang baik untuk langkah olahraga Indonesia ke depan, termasuk potensi peningkatan prestasi di ajang SEA Games.
“Satu-persatu masalah dualisme selesai, dan ini menjadi sinyal positif bagi langkah olahraga Indonesia ke depannya. Semoga menjadi pertanda positif juga bagi prestasi kita di SEA Games,” ujar Erick.
Menpora juga mengajak semua pihak untuk merumuskan peta jalan (roadmap) bagi cabang-cabang olahraga unggulan, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk meraih prestasi terbaik. Ia mengingatkan bahwa konsolidasi tiga cabor lainnya harus segera diselesaikan sebelum Januari, jika tidak, ia akan mengambil alih penanganannya.






