Kebiasaan mengoleskan air liur pada luka kecil, terutama pada anak, masih kerap ditemui. Praktik ini sering kali dilandasi keyakinan bahwa air liur dapat membersihkan luka atau mempercepat penyembuhan. Namun, para ahli mengingatkan bahwa tindakan ini berpotensi menimbulkan risiko, khususnya jika diterapkan pada luka terbuka.
Dokter spesialis anak, dr. Miza Afrizal, Sp.A., menilai praktik tersebut lebih tepat dikategorikan sebagai mitos. Meskipun ia mengakui adanya sedikit dasar biologis yang sering disalahartikan, air liur bukanlah solusi perawatan luka yang direkomendasikan. “Sejauh yang saya tahu itu mitos. Walaupun sebenarnya kalau mau dicari-cari faktanya mungkin bisa karena air liur kita sedikit mengandung antiseptik pembunuh bakteri,” ujar dr. Miza.
Ia menjelaskan bahwa kandungan antiseptik dalam air liur memiliki keterbatasan dalam membunuh kuman. Fungsi alami mulut manusia yang memungkinkan konsumsi makanan tanpa harus steril total, sering kali disalahartikan sebagai kemampuan penyembuhan luka.
Kemampuan Antibakteri Air Liur Sangat Terbatas
Dr. Miza menegaskan bahwa kemampuan air liur dalam membunuh kuman sangatlah terbatas. Air liur tidak dirancang sebagai pengganti antiseptik medis. “Seberapa kuat dia bisa membunuh kuman kan ada batasnya. Kalau misalnya enggak pakai antiseptik enggak bisa,” jelasnya.
Dalam keseharian, luka pada anak rentan terpapar debu, tanah, atau kotoran lain. Dalam kondisi tersebut, air liur tidak mampu mencegah masuknya kuman ke area luka secara efektif. Mengandalkan air liur dikhawatirkan tidak memberikan perlindungan yang memadai terhadap risiko infeksi.
Risiko Bakteri dari Kebersihan Mulut
Risiko utama penggunaan air liur pada luka justru berkaitan dengan kebersihan mulut atau oral hygiene. Mulut manusia adalah habitat bagi berbagai jenis bakteri.
“Risiko sebaliknya bisa, apalagi kalau misalnya oral hygiene kita enggak bagus, kita malah justru menghasilkan luka,” kata dr. Miza. Jika kebersihan mulut tidak terjaga, air liur berpotensi membawa bakteri ke area luka dan memperparah kondisi, terutama pada luka terbuka.
Penanganan Luka Anak yang Lebih Aman
Menghadapi luka pada anak, dr. Miza menyarankan penanganan yang lebih aman sesuai prinsip medis. Langkah pertama yang paling dianjurkan adalah membasuh luka dengan air mengalir untuk membersihkan kotoran dan mengurangi jumlah kuman.
Setelah luka bersih, penggunaan antiseptik medis yang sesuai dapat membantu mencegah infeksi dan mendukung proses penyembuhan. Pendekatan ini dinilai jauh lebih aman dibandingkan mengoleskan air liur, terutama pada luka yang terkontaminasi.
Belum Ada Bukti Ilmiah Pendukung
Dr. Miza menekankan bahwa hingga kini belum ada penelitian medis yang secara kuat mendukung penggunaan air liur sebagai metode pengobatan luka. “Sejauh yang saya tahu, penelitiannya belum ada,” ungkapnya.
Meskipun ada penjelasan biologis yang bisa dikaitkan, hubungan tersebut tidak cukup kuat untuk dijadikan dasar medis. Oleh karena itu, dr. Miza menyimpulkan bahwa praktik mengoleskan air liur pada luka anak sebaiknya tidak dijadikan acuan perawatan. “Bisa dibilang mitos. Jangan dipercaya banget,” tutupnya.






