Lifestyle

4 Jurus Jitu Hadapi Teman ‘Toxic’ Tanpa Merusak Kesehatan Mental

Advertisement

Tidak semua persahabatan membawa energi positif. Sebagian justru berpotensi menjadi sumber kelelahan emosional yang menguras energi. Psikolog klinis Dr. Golee Abrishami mengingatkan bahwa pertemanan ideal seharusnya mendukung pertumbuhan, bukan justru menarik ke bawah.

“Persahabatan yang positif membantu kamu berkembang, tetapi persahabatan toxic justru menarik kamu ke bawah,” ujar Abrishami, mengutip PureWow. Kondisi ini, menurut Psikolog Dr. Lauren Phillips, dapat memicu kelelahan emosional yang membuat hubungan terasa berat dan penuh stres.

“Toxic friendship menguras energi, menurunkan toleransi seseorang terhadap frustrasi, dan menciptakan kelelahan empati sehingga seseorang kesulitan merasakan empati lebih jauh untuk temannya,” jelas Phillips. Lantas, bagaimana cara menghadapi teman yang toxic tanpa mengorbankan kesehatan mental?

Sampaikan Perasaan dengan Tegas

Langkah awal menghadapi teman toxic adalah mengkomunikasikan perasaan secara jelas. Abrishami menyarankan untuk memberi tahu teman tersebut mengenai perilaku yang menimbulkan ketidaknyamanan.

“Sampaikan bagaimana tindakan mereka membuat kamu merasa dan apa yang bisa mereka lakukan berbeda di masa depan untuk memperbaiki masalah,” katanya. Penting untuk memilih waktu dan suasana yang tenang untuk berbicara, serta memberikan contoh konkret perilaku toxic, dampaknya, dan harapan Anda.

Jika respons yang diterima adalah serangan balik, menyalahkan, atau janji tanpa perubahan nyata, Abrishami menilai pertemanan tersebut mungkin tidak layak dipertahankan.

Jangan Ikut Terjebak Perilaku Toxic

Hindari larut dalam perilaku toxic teman, seperti bergosip, menjatuhkan orang lain, atau terlibat dalam drama. Phillips mengingatkan bahwa merespons dengan cara yang sama hanya akan memperburuk situasi.

Advertisement

Alih-alih menyamai energi negatif, berikan respons netral dan alihkan pembicaraan. Ketika teman menyadari Anda tidak tertarik memperkuat pola toxic, mereka cenderung akan mengurangi perilaku tersebut atau mencari audiens lain.

Fokus pada Sisi Positif Hubungan

Tidak semua hubungan toxic harus berakhir. Terkadang, pertemanan bisa dipertahankan dengan mempersempit batasan atau fokus pada aspek positifnya. Misalnya, jika teman sering mengeluh berlebihan namun memiliki minat yang sama, interaksi bisa tetap menyenangkan.

Phillips menilai penyesuaian dinamika pertemanan bukanlah hal tabu. Anda bisa menjaga hubungan dengan membatasi interaksi pada area yang rentan memicu perilaku toxic, sehingga tetap menikmati sisi baiknya tanpa merasa terkuras.

Ketahui Batasan dan Akhiri Jika Terlalu Toxic

Ada kalanya hubungan tidak dapat diselamatkan. Ketika perilaku toxic berlangsung lama, berulang, atau membuat Anda selalu merasa menjadi versi terburuk diri sendiri, mengakhiri hubungan mungkin menjadi pilihan terbaik.

Abrishami menegaskan, terlalu banyak memberi kesempatan pada orang toxic hanya memperpanjang penderitaan. “Saya sering melihat klien memberi terlalu banyak kesempatan kepada orang toxic, yang akhirnya menyebabkan bertahun-tahun rasa sakit. Gunakan waktu dan energi kamu untuk orang-orang yang mengangkat kamu,” ujarnya.

Mengakhiri pertemanan toxic memang berat, terutama jika sudah terjalin lama. Namun, menjaga kesehatan mental adalah prioritas utama. Memilih untuk melangkah pergi demi kesejahteraan diri bukanlah hal yang salah.

Advertisement