Anggrek Barcode Green House Makin Berakar, PT Pertamina Siap Lindungi Flora di Kawasan Lindung

oleh
oleh
Green House Selangit Anggrek

MUSI RAWAS, MUREKS.CO.ID – Perambahan, kerusakan hingga ahli fungsi hutan menjadi momok yang menakutkan di alam. Inilah yang memotivasi Balai Konservasi Sumatera Selatan (Sumsel) menjaga dan melindungi flora yang bakal berdampak pada keberlangsungan tanamkan endemik satu ini.

Balai Konservasi Sumsel ini telah berhasil mengumpulkan 250 spesies Anggrek dari 500 spesies. Sejak dari 2017 inventarisir Anggrek Kecamatan Selangit Kabupaten Musi Rawas dilakukan pemuda yang telah mengabdikan diri untuk melindungi flora jenis Anggrek ini.

Pungki Nanda Pratama pemuda keturunan Jawa Tengah yang merupakan kader Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) ini bersama dengan pihak BKSDA Lahat melakukan penyelamatan flora yang tersisa.

Flora yang tersisa ini merupakan suatu kondisi dimana Sumsel yang mempunyai keanekaragaman flora luar biasa, namun di sisi lain mulai dari pembukaan lahan untuk perkebunan rakyat, perdagangan online flora dan degradasi kawasan konservasi mengancam keberadaan flora sehingga flora tersebut harus segera diselamatkan.

“Tujuan dibangunnya Green House Selangit, tak lain sebagai Pilot Project Rescue Flora. Ditemukan fakta 1.000 spesies Anggrek terancam punah oleh Union for Conservation of Nature (IUCN),” jelasnya.

Pungky Nanda Pratama pada Jumat, 13 Oktober 2023 menyampaikan sebenarnya konservasi tanaman Anggrek ini berkolaborasi dengan BKSDA Sumsel.

Tentunya ini menjadi  inovasi sosial demi mempertahankan dan pengembangan Anggrek.

“Selamat datang di Green House Selangit, yang terletak ditengah hutan Bukit Barisan di Desa Batu Gane,” ungkap pria yang saat ini menempuh pendidikan di Inggris, Jumat 13 Oktober 2023.

Green House Selangit yang telah tersohor di pencinta tanaman Anggrek ini telah banyak memiliki koleksi dan pengembangan dilakukan mulai seperti Anggrek bulan sumatera  dengan nama laitn Phalaenopsis sumatrana, Anggrek bulan jawa atau Phalaenopsis javanica, serta dua Anggrek endemik sumatera Paphiopedilum superbiens dan Vanda foetida.

Anggrek tersebut diperoleh dari kawasan hutan di wilayah Bengkulu, Jambi, Sumsel, dan Sumatera Barat. Ironisnya, Anggrek yang seharusnya berstatus flora dilindungi terkadang tumbuh di kawasan yang tidak terlindungi.

“Karena itu, inventarisasi Anggrek ini penting untuk melestarikan flora tersebut dari ancaman kerusakan lingkungan akibat perambahan dan alih fungsi lahan hutan jadi perkebunan ataupun pertambangan,” tegasnya.